JEMBER - Dibalik bentuknya yang sederhana, siapa sangka alat musik tradisional kentongan kayu yang dibuat oleh Sutaji, warga Dusun Curah Renteng, Desa Pancakarya, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember, Jawa Timur, pernah di ekspor ke luar negeri, yakni Australia.
Sedangkan kalau di dalam negeri sendiri, pasarnya sudah mulai merata ke berbagai daerah. Mulai Bali, Situbondo, Probolinggo, Yogyakarta, Surabaya, Madura, Kalimantan, Sulawesi dan yang lainnya.
Kualitasnya pun tak diragukan lagi. Tak ayal banyak sanggar seni musik memuji kentongan kayu buatan Sutaji.
Selain pahatannya yang rapi, suara yang dihasilkan oleh kentongan kayu itu pun cukup unik dan merdu. Bahkan bunyinya bisa di setel sesuai keinginan.
Sayangnya, alat produksi yang dimiliki Sutaji sejauh ini masih kurang begitu mendukung. Sehingga penggarapannya hanya menggunakan alat seadanya saja. Seperti palu, penguku, gergaji dan lain-lain.
Kendati perkakas yang dimiliki sangat terbatas, namun tak membuat semangat Sutaji surut. Terbukti, ia mampu melawan keterbatasan itu sehingga usahanya tetap bertahan hingga 39 tahun lamanya.
Ia merintisnya sejak tahun 1983 silam. Kala itu Sutaji masih pujang, namun sudah menikah dengan belahan jiwanya.
Awal mula merintis usaha, yang terbesit di benaknya bukanlah finansial. Melainkan bagaimana menciptakan alat musik yang sederhana namun bunyi yang dihasilkan istimewa.
"Makanya saya fokus membuat kentongan sebagus mungkin. Gak mikir uang dulu," ungkapnya.
Alhasil, buah karyanya mulai dilirik pecinta seni musik tradisional dan dianggap mempunyai nilai lebih dibandingkan yang lain.
"Akhirnya banyak sanggar seni yang mulai datang memesan. Harganya satu set Kentongan mulai dari Rp 12 sampai Rp 14 juta. Satu set berisi 11 kentongan. Mulai dari paling kecil sampai ukuran jumbo," imbuhnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Zainul Hasan |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi