JOMBANG - Untuk mengisi waktu luang selama bulan ramadan tidak ada salahnya kita melakukan iktikaf di masjid dan melakukan salat berjamaah untuk mendapatkan pahala dalam menjalankan ibadah puasa di bulan suci ramadan 1444 H.
Kali ini kita melihat Arsitektur Jawa yang ada di masjid dan mendengarakan sejarah tentang berdirinya bangunan masjid Baitus Siddiqin dari pengurus pesantren terkait Masjid utama yang di bangun tahun 1948 oleh KH Abdul Mu'ti dengan arsitektur bercorak Jawa yang ada di pondok pesantren Majma'al Bahrain Hubbul Wathan Minal Iman Shiddiqiyyah ,Desa Losari, Kecamatan Ploso, Jombang , Selasa (28/03/2023).
Dimana di masjid Baitus Siddiqin ini, masih mempertahankan bangunan lama dan masih banyak di temukan ukir - ukiran baik di pintu maupun di jendela dan tampak tiang penyanggah masjid juga masih terawat . Tak lupa hiasan dinding membuat masjid ini tampak indah dan elegan sehingga nyaman kalau beribadah.
Suasana hati tenang dan nyaman saat langkah kaki menginjakan kaki kami waktu masuk di area Pondok Pesantren ,kita sudah di sambut oleh pengurus pondok pesantren,sekaligus diantarkan untuk melihat bangunan utama yaitu Masjid Baitus Siddiqin dan monumen hari santri yang tampak megah di belakang pondok pesantren Majma'al Bahrain Hubbul Wathan Minal Iman Shiddiqiyyah
Ditemui di Ulil Absor, salah satu pengurus ponpes Shiddiqiyah menjelaskan Pesantren masjid tua yang berdiri sejak tahun 1948. Masjid ini dibangun ayah dari Muhammad Muchtar Mu’ti yang bernama KH Abdul Mu'ti.
Ulil mejelaskan untuk masjid di Pesantren Shiddiqiyah ini dinamakan masjid Baitus Siddiqin pusat. Dinamakan masjid Baitus Siddiqin pusat, karena di daerah-daerah itu juga ada masjid yang namanya masjid Baitus Siddiqin.
Masjid untuk di daerah itu cabang dari tarikat Shiddiqiyah dan Masjid ini dibangun oleh abah dari mursid kami, yakni KH Abdul Mu'ti dan selesai pada tahun 1948," terangnya kepada media, Selasa (28/3/2023).
Ulil menceritakan awal mula Pondok Pesantren Shiddiqiyah mendirikan pondok pesantren yang diberi nama pesantren Kedung Turi. Pembangunan ini dilakukan sebelum adanya bangunan masjid maupun pondok pesantren Shiddiqiyah.
"Dulu pernah dibangun pesantren Kedung Turi, akan tetapi masjid ini belum ada. Tapi kalau dengan pesantren Majmal Bahrain Qubul Waton Minal Iman Shiddiqiyah, lebih dulu masjid ini, karena masjid ini tahun 1948, dan pesantren Shiddiqiyah tahun 1972," katanya.
Ulil menjelaskan bangunan masjid ini berarsitektur jawa dan masih mempertahankan bangunan lama sejak berdiri hingga saat ini dibuktikan banyaknya ukiran di pintu dan jendela.
"Meski demikian, masjid ini pernah dilakukan sekali renovasi. Itupun hanya dilakukan pada bagian lantai serta atap, sedangkan bangunan aslinya masih utuh. Secara fisik masih bangunan lama. Mulai dinding, tiang penyangga semua masih lama, asli termasuk atap untuk perawatan renovasi hanya mengganti gentingnya," jelasnya.
Ulil menambahkan selama bulan ramadan masjid ini dipergunakan untuk kegiatan ibadah seperti pada umumnya. Selain untuk salat, juga untuk tadarus, dan ibadah lainnya.
" Untuk kapasitas masjid ini mampu memuat puluhan jamaah, kalau yang di dalam kisaran kapasitasnya sekitar 70 orang jamaah dan kalau yang di luar ini mampu memuat sekitar 150 orang," pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Gono Dwi Santoso |
Editor | : Lukman Hadi |
Komentar & Reaksi