SUARA INDONESIA

Putin Ultimatum Ukraina, Serahkan Wilayah atau Perang Berlanjut

Aditya - 16 June 2024 | 08:06 - Dibaca 504 kali
News Putin Ultimatum Ukraina, Serahkan Wilayah atau Perang Berlanjut
Putin Ultimatum Ukraina. (VOA Indonesia)

SUARA INDONESIA, JAKARTA - Dalam beberapa hari terakhir, pernyataan dari Presiden Rusia Vladimir Putin kembali mengguncang dunia internasional.

Putin menyatakan bahwa Rusia hanya akan menghentikan perang di Ukraina jika Kyiv menyerahkan empat provinsi yang diklaim oleh Moskow dan membatalkan niatnya untuk bergabung dengan NATO.

Namun, Ukraina dengan tegas menolak tuntutan tersebut, menyebutnya sebagai bentuk ultimatum yang tidak dapat diterima.

Konflik antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung sejak Februari 2022, ketika Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina.

Salah satu alasan yang dikemukakan oleh Putin adalah keinginan untuk melakukan "demiliterisasi" dan "denazifikasi" di Ukraina.

Selain itu, Rusia juga menuntut diakhirinya sanksi Barat sebagai bagian dari perjanjian damai.

Pada tahun 2022, Rusia mengklaim empat wilayah Ukraina, yaitu Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia, sebagai bagian dari wilayahnya.

Namun, klaim ini ditolak oleh banyak negara di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menganggapnya ilegal.

Bahkan, sebelumnya pada tahun 2014, Rusia telah mencaplok semenanjung Krimea di Ukraina.

Menanggapi tuntutan Putin, penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak menyatakan bahwa kondisi yang diajukan oleh Rusia adalah "tidak masuk akal" dan dianggap sebagai permintaan agar Ukraina mengakui kekalahan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy juga menegaskan bahwa Ukraina tidak akan menyerahkan wilayahnya dan menolak untuk menyerah pada tekanan dari Rusia.

Dalam sebuah wawancara dengan saluran berita Italia SkyTG24, Zelenskyy menganggap pernyataan Putin sebagai ultimatum yang disampaikan menjelang KTT di Swiss.

Menurut Zelenskyy, mayoritas dunia berada di pihak Ukraina, yang mendukung kehidupan dan perdamaian.

Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin juga menyatakan bahwa Putin tidak berada dalam posisi untuk mendikte Ukraina mengenai apa yang harus dilakukan untuk mencapai perdamaian.

Menurut Austin, tuntutan Rusia hanya akan memperpanjang konflik dan penderitaan rakyat Ukraina.

KTT perdamaian di Swiss yang dihadiri oleh perwakilan lebih dari 90 negara dan organisasi internasional menjadi momen penting bagi Ukraina untuk mendapatkan dukungan internasional terhadap syarat-syaratnya untuk mengakhiri perang.

Meskipun Rusia tidak diundang, KTT tersebut diharapkan dapat menghasilkan solusi yang mendukung ketahanan pangan dan keselamatan nuklir di Ukraina.

Putin menegaskan bahwa penarikan penuh pasukan Ukraina dari wilayah yang diklaim oleh Rusia serta pembatalan rencana Ukraina untuk bergabung dengan NATO adalah syarat utama untuk gencatan senjata.

Namun, Ukraina dan sekutu Baratnya menggambarkan tuntutan ini sebagai upaya Rusia untuk memaksakan kehendaknya dan menguasai wilayah Ukraina secara ilegal.

Situasi di Ukraina terus memanas dengan adanya tuntutan terbaru dari Putin yang meminta penyerahan wilayah dan pembatalan keanggotaan NATO.

Penolakan tegas dari Ukraina dan dukungan dari dunia internasional menunjukkan bahwa perdamaian masih jauh dari jangkauan jika Rusia terus memaksakan syarat-syarat yang tidak dapat diterima oleh Ukraina.

Dunia kini menunggu langkah selanjutnya dari kedua belah pihak dan berharap solusi damai dapat segera tercapai. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Aditya
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV