SUARA INDONESIA, SURABAYA – Penjara Kalisosok, bangunan bersejarah yang berdiri megah di kawasan Jalan Kalisosok, Surabaya, kini tampak memprihatinkan. Bangunan ini, yang pernah menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan Indonesia, kini dibiarkan terbengkalai dan nyaris terlupakan.
Dibangun pada era kolonial Belanda, Penjara Kalisosok dulu menjadi tempat tahanan bagi para pejuang kemerdekaan, termasuk tokoh-tokoh besar seperti Soekarno.
Namun, setelah tidak lagi difungsikan, bangunan ini hanya menjadi saksi bisu perjalanan waktu. Cat yang mengelupas, dinding retak, dan area yang dipenuhi ilalang menjadi pemandangan yang tak terelakkan di lokasi ini.
Warga sekitar menilai bahwa Penjara Kalisosok memiliki potensi besar untuk dijadikan destinasi wisata sejarah. “Sayang sekali kalau bangunan ini dibiarkan rusak. Padahal, kalau direnovasi dan dijadikan museum, bisa menjadi daya tarik wisata dan pelajaran sejarah bagi generasi muda,” ujar Supri, seorang warga yang tinggal di sekitar lokasi.
Meski sempat ada wacana revitalisasi, hingga kini langkah konkret dari pihak terkait belum terlihat. Pemerintah Kota Surabaya sebelumnya telah menyatakan komitmen untuk menyelamatkan bangunan bersejarah di kota ini. Namun, hingga kini, Penjara Kalisosok belum masuk prioritas renovasi.
Sejarawan Universitas Airlangga, Dr. Widodo, menegaskan pentingnya pelestarian Penjara Kalisosok. “Bangunan ini bukan hanya saksi sejarah, tetapi juga simbol perjuangan bangsa. Kalau kita tidak merawatnya, kita kehilangan bagian penting dari identitas kita,” katanya.
Selain potensi wisata sejarah, revitalisasi Penjara Kalisosok juga bisa memberikan manfaat ekonomi. Dengan menjadikannya museum atau ruang budaya, kawasan sekitar dapat hidup kembali dan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal.
Akankah Penjara Kalisosok mendapatkan perhatian yang layak dari pihak terkait? Atau justru bangunan ini hanya akan menjadi cerita sejarah yang perlahan terkubur oleh modernisasi? Waktu akan menjawab, tetapi satu hal yang pasti: warisan sejarah ini butuh perhatian segera. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Dona Pramudya |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi