JEMBER, Suaraindonesia.co.id - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember dibantu para relawan, menggelar mitigasi bencana, pada , Kamis (11/5/2023).
Hal itu bertujuan, agar masyarakat bisa mengantisipasi kejadian bencana sejak diri agar tidak menimbulkan korban jiwa.
Sebagai edukasi, langkah pertama tim BPBD adalah mempraktekkan cara mengevakuasi warga ke tanah lapang, menjauh dari area bangunan untuk menghindari kemungkinan ada rumah dan bangunan lain yang roboh.
Tidak hanya orang-orang yang berada di rumah tapi yang berada di gedung bertingkat juga dievakuasi menggunakan tali, bergelantungan di luar tembok.
Sementara di pos penjagaan Kantor Bupati Jember digambarkan seperti terjadi kebakaran akibat getaran gempa membuat jaringan kabel listrik rusak hingga terjadi korsleting.
Namun kebakaran tersebut, tak berlangsung lama karena satu unit mobil pemadam kebakaran segera meluncur ke lokasi untuk memadamkan kebakaran.
Sementara di sudut tanah lapang yang lain, tim BPBD langsung mendirikan posko dengan sangat singkat sebagai tempat penampungan sementara bagi warga yang cedera akibat gempa.
“Dan alhamdulillah semua tertangani dan selamat. Risiko gempa bisa ditekan seminimal mungkin. Dan tadi kita simulasikan gempa 7,0 skala richter ,” ujar Kepala BPBD Jember, Sigit Akbari dalam simulasi tersebut.
Menurut Sigit, simulasi itu selain melatih kesiap-siagaan tim BPBD dan relawan juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana seharusnya warga jika terjadi gempa bumi yang sesungguhnya.
“Jadi masyarakat kita edukasi, salah satunya dengan simulasi agar warga paham dan bergerak mengikuti arahan relawan jika terjadi bencana,” ungkapnya.
Sigit menambahkan, wilayah Kabupaten Jember memiliki kerawanan bencana yang cukup komplit, mulai dari banjir, tanah longsor, bahkan tsunami. Namun BPBD Jember memiliki sumber daya manusia (SDM) dan sarana prasarana tanggap darurat yang cukup lengkap.
Salah satu yang cukup besar perannya adalah para relawan. Diakuinya, BPBD Jember mempunyai ribuan relawan yang setiap saat bisa bergerak memberikan bantuan jika terjadi bencana.
“Mereka rela bekerja tanpa dibayar namun atas panggilan kemanusiaan,” jelasnya.
Selain itu, sedikitnya juga ada 56 komunitas relawan yang tinggal di sejumlah titik rawan bencana. Mereka memiliki keahlian masing-masing sesuai dengan jenis bencana yang datang di sekitar mereka.
“Misalnya di pantai, relawan kita itu adalah para nelayan yang mereka untuk menyelamatkan korban,” pungkasnya.
Simulasi penanganan bencana tersebut adalah bagian dari peringatan Hari Kesiap-siagaan Bencana Nasional yang dipusatkan di Alun-alun Jember, dan memang setiap tahun digelar. (Adv)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Redaksi |
Editor | : Lukman Hadi |
Komentar & Reaksi