SUARAINDONESIA,BONDOWOSO- Mahasiswa Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) persemakmuran Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) Eks IAIN Sunan Ampel di Kabupaten Bondowoso.
Program KKN kolaboratif yang melibatkan 9 PTKIN ini fokus terhadap Tiga isu yang memang selama ini menjadi masalah nasional dan krusial, permasalahan ini juga terjadi di Bondowoso. Diantaranya isu stunting, kemiskinan ekstrim dan tambahan isu tentang pernikahan dini.
Prof. M. Khusna Amal, Wakil Rektor I UIN KHAS Jemebr, menyampaikan, Mahasiswa KKN akan diarahkan agar menyesuaikan dengan isu isu sosial, serta akan menyesuaikan dengan isu strategis yang ada di Kabupaten Bondowoso.
Prof. M. Khusna Amal, menerangkan, Mahasiswa KKN akan fokus terhadap 2 isu strategis dan krusial, berupa pengengentasan stunting, pengetasan kemiskinan ekstrim, serta tambahan sesuai dengan permintaan Pemkab Bondowoso berupa isu pengentasan pernikahan dini.
"Kemiskinan ekstrim, stunting, dan pernikahan dini ini merupakan permasalah yang cukup akut dan persoalan yang cukup krusial," kata Prof. M. Khusna Amal di Pendopo Bupati Bondowoso, Selasa (9/7/2024).
Lebih lanjut, Prof M. Husna Amal menyampaikan, Mahasiswa KKN akan diarahkan agar menyesuaikan dengan isu isu sosial, serta akan menyesuaikan dengan isu isu strategis yang ada di Kabupaten Bondowoso.
"Kebetulan isu strategisnya ada 2, yakni soal stunting dan kemiskinan ekstrim. Dua isu ini dipilih untuk menyelaraskan program strategis yang ada di Bondowoso. Kemiskinan ekstrim, stunting, dan pernikahan dini. 3 isu ini merupakan permasalah yang cukup akut dan persoalan persoalan yang cukup krusial," ujarnya.
Menurut Prof Husna Amal, KKN persemakmuran ini, nanti masing masing Mahasiswa diharapkan bisa berkontribusi berdasarkan pengetahuan dan keilmuan yang mereka miliki.
Misalnya, yang begronnya pendidikan, bisa berkontribusi mutu pendidikan pada lembaga pendidikan yang ada di masyarakat. Sehingga apa yang diharapkan oleh pemerintah seperti perubahan mindset bisa terjadi dan sedikit demi sedikit bisa tercapai.
" Mahasiswa KKN ini mempunyai peran strategis, selain itu juga diharapkan membangun literasi terkait dengan pentingnya untuk tidak menikah di usia dini, literasi untuk ibu ibu memperhatikan kesehatan diri dan putranya," imbuhnya.
Pihaknya juga berpesan pada Mahasiswa agar betul betul memperhatikan buku pedoman KKN yang sudah dipersiapkan bagi mereka. Buku pedoman itu menjadi petunjuk langkah demi langkah terkait tugas tugas apa yang harus dilakukan oleh Mahasiswa di dalam melaksanakan KKN.
Katanya, Mahasiswa juga harus intensif berkomunikasi dengan dosen pembimbing lapangan mereka.
Ketika mereka ada kesulitan nanti bisa berkomunikasi, berkoordinasi dan konsultasi pada dosen pembimbing mereka untuk mencari solusi.
"Yang paling penting bagi Mahasiswa agar tetap menjaga nama baik almamater, termasuk kode etik Mahasiswa, sehingga dalam pelaksanaanya mereka sesuai dengan aturan, pedoman dan juknis yang telah kami persiapkan bersama," tutupnya.
Ketua LP2M UIN KHAS Jember Dr. Zainal Abidin menerangkan, program kerjasama 9 perguruan tinggi islam, berupa KKN Persemakmuran PTKIN Eks IAIN Sunan Ampel Surabaya ini dimulai sejak 2017.
"Waktu itu permufakatan kerjasama terjadi di Tulungagung, yang diawali melalui proses penandatanganan MoU atau penandatangan surat perjanjian para rektor," ujarnya.
Kata Dr Zainal, program ini sudah berjalan selama 7 tahun. Tempat kegiatan KKN kolaboratif ini jatahnya berganti ganti. Tahun kemarin jatahnya milik UIN Maliki Malang, jatah tahun ini sebagai tuan rumah UIN KHAS Jember, yang ditempatkan di Bondowoso.
Dr Zainal menerakang, KKN ini bagian dari pengamalan tri dharma perguruan tinggi. Di program ini setiap kampus mendelegasikan Mahasiswanya, lewat seleksi khusus dengan kriteria Mahasiswa harus memiliki wawasan kebangsaan yang bagua, wawasan keislamannya bagus, praktek tentang keagamaan juga bagus.
"Misalnya Mahasiswa laki laki itu bisa Hutbah, bisa melakukan perawatan jenazah, dan sebagainya," imbuhnya.
Lebih lanjut, Dr Zainal menerangkan, untuk tahun 2024 menggunakan pendekatan konsep Asset Based Community Development (ABCD).
Konsep ini berupa pengembangan masyarakat dengan melihat potensi aset yang dimilikinya.
"Setiap Dusun Desa itu punya potensi masing masing yang dimiliki dan bisa dikembangkan. Hanya saja terkadang masyarakat desa itu tidak tahu cara mengembangkan potensi yang dimilikinya," ujarnya.
Di tahap pertama ini, menurut Dr Zainal, Mahasiswa KKN perlu banyak melakukan akulturasi dengan cara menyesuaikan dengan budaya setempat, karena mereka berasal dari berbagai perguruan tinggi dan daerah.
Dia mengatakan, Mahasiswa KKN dengan teori penelitiannya harus bisa menemukan apa saja potensi aset yang dimiliki oleh desa atau dusun, lalu mencari apa program yang dikehendaki oleh masyarakat.
Program yang dimaksut, adalah program Mahasiswa KKN bersamaan dengan masyarakat dan program yang dipilih merupakan program yang prioritas, baru kemudian dilaksanakan, evaluasi dan ada tindak lanjut.
"Jadi setiap minggu tahapan itu harus sudah selesai dan di ujungnya di hari terakhir baru pelaporan," imbuhnya.
Dia menerangkan, bedanya KKN dulu dan saat ini, Mahasiswa tidak dibutuhkan untuk mengeluarkan dana, tapi bagaimana program itu disusun oleh Mahasiswa bersama masyarakat Desa, sehingga sumberdaya manusia dan pendanaan disharingkan dan difasilitasi oleh perangkat desa, melalui upaya mensodingkan dengan berbagai kemitraan yang bisa dijaring oleh masyarakat.
"Masyarakat desa itu punya keterampilan dan juga keahlian, juga desa memiliki potensi yang semua ini bisa dijalin dengan kemitraan dan dikelola dengan banyak pihak, seperti perusahaan, pelaku usaha mikro, atau kegiatan usaha lainya," paparnya.
Menurutnya, Dua Isu besar yang dipilih dalam kegiatan KKN ini, baik isu stunting dan kemiskinan ekstrim merupakan masalah besar yang dihadapi oleh masyarakat saat ini.
"Masalah ini tidak bisa diselesaikan sendiri, termasuk pemerintah kabupaten dan Desa, masih banyak pihak yang perlu terlibat dalam mengentaskan masalah ini, diantaranya adalah perguruan tinggi," ujarnya.
Kata Dr Zainal, perguruan tinggi hadir menjadi bagian paling diharapkan mampu mengurai dan mengurangi angka kemiskinan ekstrim dan angka stunting.
Menurutnya, stunting ini bukan hanya soal kemiskinan, tetapi soal mindset masyarakat. Bagaimana masyarakat membangun pola pikir membiasakan sikap hidup dengan sehat, termasuk kesadaran terhadap dampak dari pernikahan anak atau pernikahan dini juga perlu diketahui.
"Pernikahan dini juga memiliki hubungan variabel yang juga berdampak pada kemiskinan dan berdampak pada stunting. Stunting, kemiskinan ekstrim dan pernikahan dini ini merupakan problem sosial yang saling keterkaitan antara satu sama lain," tutup Zainal.
Untuk diketahui, KKN Persemakmuran PTKIN Eka IAIN Sunan Ampel Tahun 2024 ini merupakan program kolaboratif.
Program ini merupakan kerjasama dengan 9 perguruan tinggi islam mantan cabang IAIN Sunan Ampel Surabaya. Diantaranya, 1. UIN Sunan Ampel Surabaya, 2. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 3. IAIN Ponorogo, 4. IAIN Kediri, 5. UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, 6. UIN KHAS Jember, 7. IAIN Madura, 8. UIN Mataram, 9. UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda.
Tahun ini UIN KHAS Jember menjadi tuan rumah, yang kegiatannya diletakkan di Kabupaten Bondowoso di Kecamatan Grujugan, di 6 Desa (Desa Dawuhan, Kabupaten, Tegal Mijin, Grujugan Kidul, Taman dan Wonosari).
6 desa itu terdapat 84 mahasiswa gabungan dari 9 PTKIN, termasuk UIN KHAS Jember.
Tema yang diangkat " Mewujudkan masyarakat yang unggul mandiri, kreatif, dan moderat".
Fokus Mahasiswa KKN Persemakmuran PTKIN Eks IAIN Sunan Ampel ini pada 2 isu strategis berupa pengentasan kemiskinan ekstrim, stunting dan tambahan isu pengentasan pernikahan dini.***
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Bahrullah |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi