SUARA INDONESIA

Biaya Kuliah Mahal, Kubur Mimpi Anak Miskin Jadi Dokter

Tamara F - 26 July 2024 | 01:07 - Dibaca 1.65k kali
Pendidikan Biaya Kuliah Mahal, Kubur Mimpi Anak Miskin Jadi Dokter
Eko Prasetyo, ketika menjadi pembicara dalam diskusi bertema "Melawan Komersialisasi Kampus Menolak Pendidikan Mahal", di Taman Edukasi Kebangsaan Universitas Jember, akhir pekan kemarin. (Foto: Festival Literasi untuk Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, JEMBER- Biaya menempuh pendidikan di perguruan tinggi hari ini, dinilai melangit. Terutama pada fakultas kedokteran. Imbasnya, anak-anak orang miskin terpaksa mengubur mimpi. Mereka tak punya cukup duit belajar ke jenjang universitas.

"Kampus hanya diisi oleh orang kaya. Kaya sekali. Masyaallah kayanya. Itulah fakultas kedokteran," ujar Eko Prasetyo, penulis buku, saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema "Melawan Komersialisasi Kampus Menolak Pendidikan Mahal", di Taman Edukasi Kebangsaan Universitas Jember, Jawa Timur, akhir pekan kemarin.

Sudah begitu, untuk mendapatkan beasiswa dari negara, syarat utamanya adalah miskin dan pintar. Lalu, Eko menjelaskan, bahwa di negara Korea, orang miskin memiliki waktu sekolah lebih lama dalam setiap harinya, mereka pulang sekitar pukul 04.00 di waktu setempat, untuk mengikuti les tambahan.

Sedangkan orang kaya di sana pulang sekitar pukul 12.00 waktu setempat. Sehingga mereka bisa membaca buku dan mengikuti bimbingan belajar (bimbel).

Terlebih lagi, sepulang sekolah, orang miskin di sana tidak memiliki waktu lain, kecuali membantu keluarganya mencari nafkah. Yang mana kondisi tersebut kurang lebih sama dengan negara kita.

"Hampir tidak memiliki kesempatan kan? Orang miskin yang pintar itu hanya ada di Film Laskar Pelangi. Miskin dan bodoh sudah seperti saudara kembar," terangnya.

Jarang sekali orang yang keadaan ekonominya rendah, memiliki kecerdasan yang brilian. Bahkan jika kita melihat tokoh-tokoh dunia seperti Karl Marx dan Bakunin, mereka berasal dari kelas menengah.

"Marxis dan anarkis saja kelas menengah. Hanya Anarkis Indonesia yang miskin kira-kira," ucapnya.

Seharusnya, kata dia, orang miskin menjadi prioritas negara. Mengingat negara kita masih tinggi angka kemiskinannya, dibanding dengan yang telah berkecukupan.

"Gak usah diurus orang kaya itu. Mereka bisa pindah ke planet Mars dan Pluto. Yang terpenting orang miskin di negeri ini, karena jumlahnya mayoritas. Dan semua semangat agama itukan semangat melayani orang miskin," tambahnya.

Lucunya lagi, setiap fakultas dapat menggambarkan kelas sosial ekonomi mahasiswanya.

"Tafsir hadits, oh pasti murah dan masuk surga kira-kira. Sedangkan, ekonomi, lingkungan, teknik dan kedokteran, itu sudah jelas banyak diisi kasta-kasta elit. Lama-lama kampus tidak bisa bercampur dan elitisme menciptakan perguruan tinggi tanpa adanya pemberontakan," pungkas penulis buku Orang Miskin Dilarang Sekolah itu. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Tamara F
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV