SUARA INDONESIA - Parly, menteri Prancis saat berkunjung ke Indonesia mengatakan, akan menjadi negara Indo-Pasifik kedua yang mengakuisisi Rafale, setelah India.
“Kemitraan strategis kami akan mendapat manfaat dari memperkuat hubungan pertahanan kita” katanya, saat diwawancarai Benarnews.org Jejaring Suaraindonesia.co.id belum lama ini.
“Prancis bangga berkontribusi pada modernisasi angkatan bersenjata mitra kami, yang memainkan peran penting di ASEAN dan di Indo-Pasifik,” tambahnya, merujuk pada Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara.
Kata dia, kawasan Indo-Pasifik adalah rumah bagi hampir 2 juta warga Prancis dan 9 juta kilometer persegi (3,47 juta mil persegi) dari zona ekonomi eksklusif (ZEE).
Wilayah pulau Prancis di Samudra Hindia dan Pasifik termasuk Mayotte, La Réunion, Kaledonia Baru, dan Polinesia Prancis.
Setelah ditinggalkan dari dua inisiatif Indo-Pasifik yang dipimpin Amerika Serikat – kelompok dialog strategis Quad dan pakta pertahanan AUKUS – Prancis mencari Asia Tenggara untuk menjalin hubungan.
Sementara Indonesia, kata Paris, adalah “jantung strategi Prancis di kawasan Indo-Pasifik.”
Prancis juga merayu Indonesia, setelah Paris kehilangan kontrak besar untuk menjual kapal selam ke Australia, menyusul pengumuman pakta AUKUS.
Di bawah AUKUS, Amerika Serikat dan Inggris akan berbagi teknologi bagi Australia untuk memperoleh kapal selam bertenaga nuklir.
Baik Quad dan AUKUS dikatakan telah dibentuk untuk melawan pengaruh China yang berkembang di Indo-Pasifik, terutama di Laut China Selatan di mana China memegang klaim besar yang disengketakan oleh tetangganya.
Meski bukan merupakan pengklaim teritorial di Laut China Selatan, zona ekonomi eksklusif Indonesia tumpang tindih dengan klaim China.
China telah menuntut agar Indonesia menghentikan pengeboran minyak dan gas di laut, menuduh dalam nota diplomatik yang belum pernah terjadi sebelumnya beberapa bulan lalu bahwa kegiatan ini terjadi di perairan Laut China Selatan yang diklaimnya, kata seorang anggota parlemen Indonesia pada bulan Desember.
Meski demikian, pengumuman tentang AUKUS pada September lalu menjadi perhatian Indonesia dan juga Prancis.
Indonesia “sangat prihatin dengan kelanjutan perlombaan senjata dan proyeksi kekuatan militer di kawasan itu,” kata pernyataan kementerian luar negeri saat itu.
Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo menyambut baik kesepakatan itu selama pembicaraan dengan Parly pada hari Kamis, menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya.
Jokowi dan Parly membahas cara untuk berkontribusi pada perdamaian di Indo-Pasifik, termasuk melalui pertemuan rutin antara menteri pertahanan kedua negara dan menteri luar negeri di bawah forum yang disebut 2+2, kata pernyataan itu.
“Mekanisme dialog 2+2 kita akan menjadi forum strategis untuk mewujudkan visi Indo-Pasifik yang damai dan sejahtera,” kata Jokowi.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Redaksi |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi