SUARA INDONESIA — Singapura dan Indonesia mengutuk pelanggaran integritas teritorial Ukraina pada hari Kamis waktu setempat, usai Rusia menginvasi bekas Republik Soviet itu.
Meskipun, sebagian besar negara Asia Tenggara lainnya tidak menanggapi perkembangan tersebut.
Dikutip dari benarnews.org, pasukan Rusia menyerbu Ukraina pada Kamis pagi seperti apa yang disampaikan oleh kepala urusan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell di Twitter "Diantara jam-jam paling gelap di Eropa sejak Perang Dunia Kedua."
Rudal menghujani Ibu Kota Ukraina ketika barisan pasukan sedang melintasi perbatasan negara dari tiga sisi.
Media Reuters juga melaporkan, sedikitnya 40 tentara Ukraina tewas dalam invasi tersebut.
Singapura mengatakan jika mereka sangat prihatin dengan pengumuman Rusia tentang apa yang disebutnya "operasi militer khusus" di wilayah Donbas Ukraina.
“Singapura mengutuk keras invasi tanpa alasan ke negara berdaulat dengan dalih apa pun. Kami tegaskan kembali bahwa kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas wilayah Ukraina harus dihormati," kata kementerian Singapura itu dalam sebuah pernyataan.
“Kami berharap aksi militer segera dihentikan dan mendesak penyelesaian sengketa secara damai, sesuai dengan Piagam PBB dan hukum internasional.” imbuhnya.
Sementara itu, Kementerian luar negeri Indonesia juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Jakarta prihatin dengan “Ekskalasi konflik bersenjata di Ukraina” karena membahayakan rakyat dan perdamaian di kawasan Asia.
“Menegaskan bahwa hukum internasional dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang keutuhan wilayah suatu negara harus dipatuhi, dan mengecam setiap tindakan yang jelas-jelas merupakan pelanggaran wilayah dan kedaulatan suatu negara,” kata juru bicara kementerian Teuku Faizasyah dalam sebuah wawancara.
Presiden Indonesia Joko Widodo juga memposting di Twitter, tanpa merujuk ke Rusia atau Ukraina: “Hentikan perang. Perang membawa kesengsaraan bagi umat manusia dan menempatkan seluruh dunia dalam bahaya.” cuitnya dalam akun twitter pribadi Presiden Jokowi.
Utusan Ukraina untuk Indonesia juga mendesak kata-kata dan tindakan yang lebih kuat dari Indonesia, negara terbesar di Asia Tenggara dan demokrasi terbesar ketiga di dunia. (*Amb)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Ambang Hari Laksono |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi