SUARA INDONESIA

Enam Kecamatan di Banyuwangi Mulai Terdampak Kekeringan

Muhammad Nurul Yaqin - 19 September 2023 | 14:09 - Dibaca 1.54k kali
Peristiwa Enam Kecamatan di Banyuwangi Mulai Terdampak Kekeringan
Ilustrasi suplai air bersih di Banyuwangi. (Foto: Muhammad Nurul Yaqin/Dok. Suaraindonesia.co.id).

BANYUWANGI, Suaraindonesia.co.id - Dampak fenomena El Nino yang menyebabkan musim kemarau lebih kering dari biasanya, mulai dirasakan warga di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, setidaknya sudah ada enam kecamatan yang mulai mengalami dampak kekeringan.

Enam kecamatan tersebut di antaranya Bangorejo, Tegaldlimo, Wongsorejo, Glagah, Genteng dan Singojuruh. 

"Kami telah melakukan upaya penyaluran air bersih ke lokasi terdampak untuk mencukupi kebutuhan warga," kata Mujito, Sekretaris BPBD Banyuwangi, Selasa (19/09/2023).

Menurutnya, enam dari 25 kecamatan di Kabupaten Banyuwangi itu merupakan daerah yang memang rentan mengalami kekeringan pada musim kemarau. 

Sementara tiga kecamatan di antaranya tercatat masuk rawan kekeringan tingkat tinggi. Masing-masing di Kecamatan Bangorejo, Tegaldlimo, dan Wongsorejo.

"Mudah-mudahan tidak ada lagi kecamatan yang mengalami kekeringan, karena memang yang paling krusial kekeringan itu di tiga kecamatan ini," terangnya.

Mujito berharap, masyarakat dapat beradaptasi menghadapi musim kemarau ekstrem untuk keselamatan diri dan keluarga.

"Karena El Nino ini gejala alam, diharapkan masyarakat dapat lebih efisien menggunakan air. Utamakan dulu untuk kebutuhan rumah tangga," imbaunya.

Kendati demikian, Mujito berkata, enam kecamatan yang terdampak kekeringan masih dalam kategori aman. Sebab, pemerintah daerah telah membangun sumur bor yang tersebar di wilayah rawan air.

"Sumur bor telah dibangun pemerintah daerah. Sehingga air bersih di lapangan masih tercukupi. Ditambah ada suplai air bersih dari kami," tuturnya.

Sedangkan menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi, saat ini adalah puncak musim kemarau. Sehingga, cukup rawan terjadinya kekeringan.

“Penyebabnya, angin musiman atau angin monsoon dari Australia membawa dampak pengurangan curah hujan dan kelembaban di Indonesia, termasuk Banyuwangi,” kata Fredi Dwi Kurniawan, Prakirawan BMKG Banyuwangi. 

Puncak kemarau ini diprediksi akan berlangsung mulai awal hingga akhir September. Setelah itu, akan mulai memasuki musim hujan. Di Banyuwangi, musim hujan awal akan melanda di kawasan Banyuwangi barat. Mulai Kecamatan Songgon, Kalibaru dan sebagian Pesanggaran. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya