SUARA INDONESIA, SUMENEP- Memasuki musim penghujan sejumlah jalanan di wilayah Kota Sumenep, Madura, tergenang, Jumat (17/11/2023) siang.
Diantarnya jalan Sultan Abdurrahman, Dr. Cipto, Adhirasa dan sekitarnya. Terlihat ada kendaraan roda empat juga pengemudi sepeda motor yang menerjang genangan air yang menutupi ruas jalan.
Salah satu warga, Muhlisah mengatakan, genangan air itu memiliki kedalaman sekitar 30 cm.
Ia juga mengatakan genangan air tersebut membuat sejumlah motor yang melintasinya mogok.
"Setiap musim hujan, jalan ini sepertinya menjadi langganan," katanya.
Melihat hal itu, dirinya mengaku khawatir akan keselamatan pengguna jalan terutama para pengendara motor.
"Khawatir, nanti (Pengendara, red) jatuh karena tidak melihat jalan," ungkapnya.
Muhlisah menduga, genangan itu terjadi karena saluran dreinase yang tidak cukup menampung debit air berlebihan.
Sementara itu, Ketua Komisi IV DPRD Sumenep, M. Ramzi mengatakan, seharusnya genangan air tidak selalu terjadi di Sumenep, terutama di wilayah-wilayah tersebut. Sebab, jalan itu merupakan akses pintas pengendara.
Menurutnya Pemkab Sumenep khususnya dinas terkait yang berwenang untuk itu, mempunyai perencanaan matang jangka panjang agar genangan tidak selalu menjadi pembahasan yang berulang.
"Bukan enak kedengarannya setiap tahun Sumenep digenang air, misalnya. Karena Sumenep permukimannya tidak sepadat kota-kota besar di luar sana," ujarnya.
Ramzi mengatakan pemkab harus mengambil langkah cepat untuk mengatasi genangan dengan tindakan yang berdampak jangka panjang dan bukan penanganan instan yang sekali pakai langsung buang.
"Jangankan jarak yang jauh dari depan mata, di samping kantor Pemkab Sumenep tidak bisa diselesaikan apalagi pinggiran yang jauh dari jangkauan," paparnya.
Apalagi kata dia, kejadian ini bukan kali pertama.
"Tapi apa langkah Pemkab Sumenep dalam hal itu. Apakah karena dreinasenya yang tidak memungkinkan atau memang perencanaannya yang tidak sama sekali maksimal," tutupnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Wildan Mukhlishah Sy |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi