SUARA INDONESIA

Pesan Lia Istifhama Hadapi Era Digital, Jaga Mental Jangan Terpental

Lukman Hadi - 17 December 2023 | 13:12 - Dibaca 979 kali
Politik Pesan Lia Istifhama Hadapi Era Digital, Jaga Mental Jangan Terpental
Aktivis perempuan sekaligus Caleg DPD RI, Lia Istifhama berbicara tantangan era digital. (Foto: Lukman for Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, SURABAYA - Aktivis perempuan Lia Istifhama menganggap tahun 2024 merupakan simbol harapan dan tekad bagi Indonesia melewati tantangan di era digital.

Lia meyakini pemerintah telah siap menyambut revolusi digital pada 2024 mendatang, bukan sebagai penonton melainkan pemain kunci.

Dalam hal ini diperkuat dengan peluncuran Satelit Republik Indonesia 1 atau SATRIA-1, pada awal tahun 2023 sebaga bentuk pemerataan infrastruktur digital.

“Menyambut era digital 2024, tentu kita semua harus bersiap. Salah satu komponen kesiapan tersebut adalah mental yang harus tertata dan terjaga,”  kata Lia kepada media, Minggu (17/12/2023).

Untuk mengimbangi gerak langkah pemerintah, maka kata Lia, setiap elemen masyarakat harus bergerak. Khususnya, aksi generasi muda sangat dibutuhkan.

“Kita berada di persimpangan jalan. Pilihan kita hari ini akan menentukan, apakah kita akan menjadi negara yang unggul di era digital, atau sekadar penonton yang terlena oleh kata-kata tanpa aksi. Dan, berhasil tidaknya kita menuju Indonesia digital, adalah apa kata GenZy. Saat generasi Z beraksi dan berkarya, maka mimpi Indonesia Digital 2024, sangat bisa terwujud,” pungkas Caleg DPD RI itu.

Iya  berpesan agar generasi muda tidak terpental atau kehilangan akal sehat dalam menanggapi beragam konten yang tersaji bebas di berbagai sosial media.

“Menghadapi revolusionernya digital, kita harus jaga mental, jangan sampai terpental. Dalam arti, digital ini harus diikuti secara bijak. Jangan sampai kita menjadi pengguna sosmed yang hanya memikirkan viral dan viral, namun yang ada malah terjebak kamuflase dunia maya.” jelasnya.

Menurut dia, menjadikan Indonesia sebagai negara digital bukanlah tugas yang ringan. Terdapat tantangan besar dalam mengubah wacana menjadi implementasi nyata. Hal ini tidak hanya terkait dengan infrastruktur teknologi, tetapi juga pemahaman dan adaptasi masyarakat terhadap teknologi itu sendiri.

“Digitalisasi bukanlah sekadar tren yang berlalu, melainkan jembatan menuju masa depan. Jika kita mampu membuat karya untuk bangsa melalui digital, maka kita bukan lagi konsumen produk teknologi. Melainkan, kita bisa beperan dan membuat keputusan melalui pemanfaatan teknologi,” pungkasnya. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Lukman Hadi
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV