SURABAYA - Tradisi peringatan malam satu Suro memiliki keistimewaan tersendiri bagi umat muslim, khususnya bagi masyarakat Jawa.
Satu Suro merupakan hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Suro, atau sebagai awal bulan pertama Tahun Baru Jawa, bertepatan dengan 1 Muharram.
Lantas, apakah Anda mengetahui bagaimana sejarah kemunculan bulan Suro?
Kenamaan satu Suro ini sudah ada sejak zaman Kerjaan Mataram Islam masih berdiri.
Raja Mataram Sultan Agung Hanyakrakusuma merupakan sosok di balik penerbitan Kalender Jawa.
Sultan Agung memiliki jasa sangat besar dalam penyebaran Islam kala itu. Ia disegani karena menyebarkan Islam tanpa menyisihkan tradisi Jawa.
Hal tersebut terjadi karena Sang Sultan ingin mengubah kalender Saka. Dengan adanya satu suro, masyarakat Jawa pedalaman yang memakai sistem saka, serta kependudukan islam pesisir yang memakai hijriyah bisa bersatu.
Sultan Agung menetapkan Tahun Baru Jawa tersebut saat menggelar selametan atau acara syukuran pada 1633 Masehi.
Hingga kini, masyarakat Jawa masih mempercayai kesakralan peringatan bulan Suro. Karena itu, banyak masyarakat melakukan berbagai ritual kepercayaan masing-masing.
Jika dipandang dari segi Kejawen, bulan Suro sangat dianggap sakral dan istimewa.
Buku karangan Muhamad Solikhin berjudul "Misteri Bulan Suro, Perspektif Islam Jawa" mengatakan bahwa pada malam (Suro) ini adalah kedatangan Aji Saka yang membebaskan rakyat Jawa dari makhluk ghaib raksasa.
Dari penuturan pada buku tersebut menggambarkan betapa sakral dan istimewa bulan Suro. Ditambah lagi jika dilihat dari segi Kejawen.
Melansir YouTube Bakyu Channel, tepat di malam satu Suro, hampir semua masyarakat Jawa melakukan tradisi seperti ritual mencuci benda pusaka hingga kirab Kebo, dan banyak lainnya.
Jogjakarta dan Solo merupakan daerah yang masih kental dan kuat melakukan tradisi beberapa ritual di malam satu Suro. Salah satunya ialah Topo Bisu.
Dalam ritual ini, masyarakat mengunci mulut atau tidak mengeluarkan kata-kata apapun. Bagi para abdi dalem, mereka akan berjalan mengelilingi benteng keraton.
Jika mengikuti perhitungan kalender Masehi, maka malam satu Suro 2022 jatuh pada 30 Juli 2022, bertepatan dengan 1 Muharram 1444 Hijriah.
Adapun beberapa mitos malam satu Suro yaitu dilarang keluar rumah, dilarang mengadakan hajatan, dilarang pindahan rumah dan jangan berbicara sembarang.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Lukman Hadi |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi