SUARA INDONESIA

Puluhan Tahun Raib, 'Prasasti Agel' Diamankan di Museum Balumbung Situbondo

Imam Hairon - 28 March 2023 | 07:03 - Dibaca 2.77k kali
Sejarah Puluhan Tahun Raib, 'Prasasti Agel' Diamankan di Museum Balumbung Situbondo
Prasasti Agel, yang saat ini berada di Museum Balumbung Situbondo saat dikunjungi mahasiswa Universitas Brawijaya Malang (Foto: Istimewa)

SITUBONDO - Salah satu tinggalan jejak masa klasik Hindu-Budha di wilayah Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, yang sempat berada di tangan kolektor selama 25 tahun, akhirnya berhasil diamankan.

Benda bersejarah itu, kini berada di sebuah museum swadaya Balumbung. Artefak tersebut, berupa prasasti Agel yang berangka tahun 1395 Syaka atau 1473 Masehi.

"Prasasti angka tahun ini telah dikaji TACB dan telah ber-SK Bupati Situbondo sebagai cagar budaya peringkat kabupaten tahun 2020 lalu. Benda ini kami tebus dari tangan seorang kolektor untuk diamankan di Museum Balumbung," terang Irwan Kurniadi, Kepala Museum Balumbung, Situbondo, Jawa Timur, Senin (27/3/2023).

Menariknya, kata rwan, prasasti itu raib dari tempat asalnya di Dusun Krajan, Desa Agel, Kecamatan Jangkar sejak 1993 dan baru dikonfirmasi keberadaannya pada 2018 lalu.

"Jadi, 25 tahun kemudian terhitung dari tahun 1993 semenjak oknum kepala desa setempat kala itu mendongkel dari pekarangan warga dan menjualnya ke kolektor hingga tahun 2018, barulah kami berinisiatif menebusnya untuk dikumpulkan bersama artefaktual lainnya di Asembagus," kata Irwan.

Ditambahkan pula bahwa penelusuran mengenai keberadaan prasasti tersebut melalui salah seorang kolektor yang juga bergiat dalam upaya pelestarian cagar budaya.

Meski prasasti angka tahun ini telah ditemukan, namun pihak Museum Balumbung masih merasa belum puas, karena berdasarkan data dari catatan kolonial Hindia Belanda menyebutkan ada 2 buah batu berinkripsi di Desa Agel. 

Kemudian setelah dilakukan penelusuran pada tahun 2019 di lapangan, tak jauh dari keletakan prasasti berbentuk kurawal pada bagian atasnya ini, ada kesaksian mengenai sebuah batu bertulis lagi yang berbentuk kubus namun memanjang. Sayangnya, prasasti kedua ini juga turut hilang bersamaan prasasti yang pertama.

"Sumber tersebut menyebut, ada sejumlah baris bertuliskan aksara kuno. Dan memang, saya sendiri ingat dari dokumen foto pada dinas terkait tahun 1993 memang aksara Jawa Kuno. Sayangnya, dokumen foto tersebut juga hilang karena tersapu banjir bandang tahun 2004 silam," jelasnya.

Sementara itu, Kayla salah seorang mahasiswi dari Universitas Brawijaya, Malang yang berkunjung ke Museum Balumbung mengobservasi prasasti yang menjadi ikon museum tersebut.

"Karena ada angka tahun, nilainya menjadi penting. Bahwa daerah Agel di masa klasik telah eksis. Jika prasasti yang satunya ditemukan, pasti akan memberi informasi berharga bagi kita bagaimana peradaban di masa lalu," ucap Kayla.

Yang pasti, harap dia, para generasi muda jangan sampai tak meminati kesejarahan agar tidak tercabut dari akar budayanya.

"Dengan mengunjungi museum, berdiskusi dan mengulik data-data sejarah ini akan banyak memberikan manfaat bagi kita agar kita bisa memahami jati diri kita sehingga kita pun dapat ikut membangun karakter bangsa yang bermartabat," harap mahasiswi yang sedang menjalankan tugas kampusnya di Situbondo itu. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Imam Hairon
Editor : Irqam

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya