SUARA INDONESIA

Wakil Ketua Komisi III DPRD Bontang Minta Orang Tua Tingkatkan Edukasi Penggunaan Gadget untuk Anak-anak

Mohamad Alawi - 28 July 2024 | 13:07 - Dibaca 42 kali
Advertorial Wakil Ketua Komisi III DPRD Bontang Minta Orang Tua Tingkatkan Edukasi Penggunaan Gadget untuk Anak-anak
Wakil Ketua Komisi III DPRD Kota Bontang H. Abdul Malik. (Foto: Alawi/Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, BONTANG - Maraknya kejahatan siber yang mengincar anak-anak membuat Wakil Ketua Komisi III DPRD Kota Bontang H. Abdul Malik, mengajak para orang tua untuk lebih waspada dan memberikan edukasi tentang penggunaan gadget yang benar kepada anak-anak mereka. Dalam dunia digital yang serba cepat ini, anak-anak sangat rentan menjadi korban kejahatan siber, seperti pornografi, penipuan, dan perundungan siber.

Abdul Malik, yang juga merupakan politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), mengungkapkan pentingnya peran orang tua dalam mengawasi dan mendidik anak-anak mereka terkait penggunaan internet dan gadget. 

"Kami meminta kepada orang tua untuk selalu mengawasi anaknya agar tidak terjebak dan menjadi korban pornografi atau kejahatan siber lainnya. Edukasi sejak dini tentang penggunaan internet yang aman sangat penting," ujarnya.

Kejahatan siber, atau yang sering dikenal dengan cyber crime, adalah perilaku kejahatan yang berbasis pada komputer dan jaringan internet. Pelaku kejahatan siber biasanya meretas sistem untuk memperoleh data privasi korban, yang kemudian dapat disalahgunakan untuk berbagai tujuan ilegal. 

Malik menyebut, ada beberapa jenis kejahatan siber yang perlu diwaspadai oleh orang tua, terutama karena target utama pelaku sering kali adalah anak-anak dan remaja yang kurang waspada. "Ada empat jenis kejahatan ciber. Pertama, Phishing merupakan salah satu jenis penipuan di dunia maya di mana pelaku berusaha "memancing" korban untuk memberikan informasi pribadi dan identitas mereka," katanya. 

Penipuan ini, menurutnya sering kali dilakukan melalui email, pesan teks, atau bahkan media sosial, dengan penyamaran yang membuat korban tidak menyadari bahwa mereka sedang ditipu. "Kedua, peretasan atau Hacking. Adalah upaya untuk menyusup ke dalam sistem komputer tanpa izin dengan tujuan mencuri data pribadi atau keuangan," tutur Malik. 

"Para peretas bisa membobol sistem keamanan suatu platform atau perangkat untuk mendapatkan informasi yang bernilai atau merugikan korban secara finansial dan privasi. Ketiga, adlah cyber stalking atau penguntitan siber adalah penggunaan internet dan teknologi lainnya untuk mengintai atau meneror seseorang," sambungnya. 

Penguntit, lanjut Malik biasanya melakukan ini berulang kali untuk mengganggu atau bahkan mengancam korban. Selain mengganggu, perilaku ini juga bisa membahayakan keselamatan fisik korban jika tidak segera ditangani.

“Terakhir adalah perundungan siber adalah tindakan menindas atau merundung seseorang secara online, sering kali melalui komentar jahat di media sosial atau pesan langsung. Bentuk kejahatan ini bisa berdampak serius pada kesehatan mental korban, terutama pada anak-anak dan remaja yang belum sepenuhnya mengembangkan kemampuan untuk menghadapi tekanan social,” ujarnya.

Malik menegaskan, dengan semakin banyaknya jenis kejahatan siber yang muncul, orang tua harus lebih bijak dalam mengawasi penggunaan internet oleh anak-anak mereka. "Kita tidak bisa mengontrol seluruh konten di internet, tapi kita bisa mengontrol bagaimana anak-anak kita mengakses dan menggunakan internet. Arahkan mereka pada konten yang positif dan edukatif," jelasnya.

Selain itu, ia juga meminta agar pemerintah dan lembaga terkait lebih gencar dalam melakukan kampanye edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya kejahatan siber. "Edukasi ini bukan hanya tugas sekolah, tetapi juga tugas pemerintah dan masyarakat secara luas. Kita harus bersama-sama melindungi generasi muda dari bahaya yang mengintai di dunia digital," tandas Malik.

Dalam konteks ini, ia mengapresiasi langkah-langkah yang telah diambil oleh beberapa sekolah di Bontang yang mulai memasukkan literasi digital ke dalam kurikulum mereka. Menurutnya, literasi digital harus menjadi bagian integral dari pendidikan anak-anak di era modern ini.

"Anak-anak harus tahu bagaimana cara menggunakan internet dengan aman dan bertanggung jawab. Ini adalah keterampilan hidup yang sangat penting," katanya.

Mengakhiri pernyataannya, Abdul Malik mengajak seluruh masyarakat Bontang, khususnya para orang tua, untuk lebih waspada dan proaktif dalam melindungi anak-anak dari ancaman kejahatan siber.

"Jadilah orang tua yang peka terhadap perkembangan teknologi, dan selalu dampingi anak-anak dalam menggunakan internet. Mari kita ciptakan lingkungan digital yang aman dan sehat bagi generasi penerus kita," pungkasnya. (Adv)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Mohamad Alawi
Editor : Satria Galih Saputra

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV