SUARA INDONESIA

Sekda Jabar Dorong Pelaku Pariwisata, Hotel dan Kafe Resto Kelola Sampah secara Mandiri

Sugiyanto - 16 November 2024 | 17:11 - Dibaca 130 kali
Advertorial Sekda Jabar Dorong Pelaku Pariwisata, Hotel dan Kafe Resto Kelola Sampah secara Mandiri
Sekda Jabar, Herman Suryatman saat bertemu dengan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Jawa Barat di Graha PHRI Jabar, Jalan Sukabumi, Kota Bandung, Jumat 15 November 2024. (Foto: Istimewa)

SUARA INDONESIA, BANDUNG - Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat (Sekda Jabar), Herman Suryatman mendorong pelaku pariwisata bisa mengolah sampahnya secara mandiri terutama sampah makanan.

Sampah makanan sangat dominan di hotel, kafe resto, atau tempat wisata yang ada kulinernya. Sampah makanan bisa bersumber dari sisa makanan konsumen (food waste), bisa juga dari proses produksi (food loss) di area dapur.

Herman Suryatman menekankan hal ini saat bertemu dengan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Jawa Barat di Graha PHRI Jabar, Jalan Sukabumi, Kota Bandung, Jumat (15/11/2024).

“Saya melakukan pengamatan ke beberapa restoran, hampir semua piring pengunjung ada sisa makanan. Jarang sekali ada piring yang bersih. Ini menunjukkan adanya potensi besar sampah makanan,” kata Herman Suryatman.

Menurut Herman, pengolahan sampah mandiri sangat krusial terutama di daerah pariwisata. Di Jabar sendiri daerah potensial pariwisata seperti Bandung Raya, Pangandaran, Garut, Bogor, serta daerah lain yang punya bentang alam indah.

Lebih lanjut, ia mencontohkan sampah di Bandung Raya yang meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat.

Setelah melalui berbagai pengetatan, seperti pelarangan sampah organik per 1 Januari 2024, maupun pengurangan ritase pengiriman truk sampah, produksi sampah Bandung Raya yang dikirim ke TPA Sarimukti bisa ditekan menjadi 1.750 ton per hari.

Namun "Bandung Lautan Sampah" berpotensi terjadi karena TPA Sarimukti kondisinya sudah overload, sedangkan TPPAS Legoknangka saat ini masih berproses.

Di satu sisi, sampah yang dikirim ke TPA Sarimukti boleh jadi berkurang, tapi belum tentu kondisi nyata sampah di empat daerah juga berkurang.

Menurut Herman, pengelolaan sampah mandiri pada industri pariwisata bisa dilakukan dengan membuat infrastruktur sampah seperti mesin pencacah plastik, magotisasi, kompostisasi.

Langkah lain, kata Herman, mengurangi sampah makanan misalnya dengan mengedukasi dan memberi imbauan pengunjung agar menghabiskan makanannya, pesan makanan secukupnya, atau bawa pulang sisa makanan untuk dimakan di rumah atau diberikan kepada yang membutuhkan.

Imbauan bisa dipasang misalnya di stiker agar bisa dibaca pengunjung, atau bisa melalui suara pengumuman. Tentu saja dengan cara komunikasi yang positif dan menginspirasi, bukan menyinggung pengunjung.

“Setiap hari hotel-hotel menyediakan sarapan bagi tamu. Jika ada makanan yang tidak habis, ke mana perginya? Apakah dibuang? Kami ingin makanan ini bisa dimanfaatkan untuk membantu masyarakat miskin atau yang membutuhkan,” katanya.

“Langkah ini tidak hanya membantu masyarakat yang membutuhkan, tetapi juga mengurangi jumlah sampah secara signifikan,” tambahnya.

Agar gerakan sampah mandiri di sektor pariwisata ini berjalan secara masif, Pemprov Jabar akan membentuk tim khusus.

“Kami akan menyiapkan tim khusus dan menggelar rapat lebih lanjut untuk menyempurnakan konsep ini. Targetnya, di satu sisi sampah menjadi nol, di sisi lain ada manfaat besar bagi masyarakat,” tutupnya. (ADV)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Sugiyanto
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV