SUARA INDONESIA - Dalam sebuah wawancara Jaringan Moderat Islam dengan Mohammad Sobary budayawan dan penulis, yang dulu kerap berinteraksi dengan Gus Dur.
Pada suatu seminar di Eropa, yang pesertanya adalah mayoritas ahli filsafat, tepatnya filsafat politik.
Dikisahkan bahwa seminar tersebut digelar dalam rangka mendiskusikan suatu persoalan yang menurut mereka (peserta seminar) sangatlah rumit.
Akhirnya, pembicara ke-1 mengawali pembicaraan. Kemudian dilanjutkan oleh pembicara ke-2, ke-3, dan seterusnya.
Sementara Gus Dur yang juga berada di dalam forum tersebut, menjadi pembicara terakhir.
Para pembicara sebelum Gus Dur masih menyisakan satu persoalan yang belum terselesaikan.
Jadi, masih ada unsolved problem. Akhirnya, Gus Dur pun dipersilahkan untuk berbicara.
“This is Mr. Wahid, the time for you!”, ucap moderator.
Gus Dur menyampaikan statement-nya dengan dahsyat, yang mengejutkan banyak orang di forum tersebut.
“I'm solving the unsolved (saya memecahkan yang tidak terpecahkan)”, ungkap Gus Dur.
“Marilah kita berbicara menjelang malam, jangan ada lah, persoalan yang sampai tidak terpecahkan. Itu nanti ganggu tidur kita”, tambahnya.
Sontak, pernyataan Gus Dur mengudara di ruangan besar tersebut dan sangat mengejutkan media.
Gaya dan penampilan Gus Dur hampir sama persis dengan apa yang ia lakukan saat masih menjadi presiden.
Pada momentum lain, Gus Dur kembali diundang dalam pertemuan dengan orang-orang besar termasuk mantan-mantan presiden di Eropa.
Ia diberikan waktu tujuh menit oleh forum untuk memberikan sambutan. Namun sekali lagi, Gus Dur memilih waktu yang terakhir.
Gus Dur memulai pembicaraanya, “from 7 minutes you've provided for me, I will use only five”.
(“dari tujuh menit yang anda sediakan, saya hanya akan menggunakannya lima menit”).
Pernyataan itu sudah mulai mencuri perhatian para pendengarnya.
Ia melanjutkan, “sekarang, dunia ini kehilangan moralitas. PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) itu tidak punya moralitas hari ini”.
“Tidak bisa memberi kewibawaan kepada negara-negara secara terpisah. Ada negara yang diberikan privilege besar, ada yang tidak”.
“Ada disparitas. Sangat jauh jurang antara yang memiliki privilege dan yang disprivilege”, itulah yang ia tuntut kepada peserta seminar.
Titik poin pembicaraan Gus Dur selama lima menit itu ialah bahwa dunia kehilangan moralitas. Bahkan PBB sendiri tidak punya moralitas.
“Siapa sekarang yang hidup di bawah panduan moralitas? Tidak ada. Morality have to be global concern (moralitas harus menjadi perhatian global)”, pungkasnya.
Para pendengar terdiam seribu bahasa mendengar pernyataan mantan presiden Indonesia tersebut.***
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Haerul Anwar |
Editor | : Bahrullah |
Komentar & Reaksi