SUARA INDONESIA

Gus Dur Selamatkan Biksu Thailand Dari Hukuman Raja

Haerul Anwar - 04 September 2022 | 18:09 - Dibaca 3.02k kali
Artikel Gus Dur Selamatkan Biksu Thailand Dari Hukuman Raja
Gus Dur atau Abdurrahman Wahid (Instagram ngajikuofficial)

SUARA INDONESIA - Gus Dur seorang tokoh kemanusiaan yang menjunjung tinggi keadilan. Ia tidak tinggal diam jika ada orang yang mendapatkan perlakuan semena-mena.

Bagi Gus Dur, semua manusia harus mendapatkan perlakuan sama di mata hukum tanpa memandang agama.

Tidak terkecuali seorang biksu, walaupun beda keyakinan ia berhak mendapat hak yang sama di mata hukum.

Gus Dur juga tidak senang kebebasan berpendapat itu dibungkam.

Seorang raja tidak berhak menghukum rakyat karena mengkritiknya, sebagaimana seorang biksu Thailand yang hampir dihukum raja.

Dilansir dari Channel Youtube Gresik TV, dikisahkan bahwa terdapat seorang tokoh Budha Thailand bernama Sulaksi Faraksa. Ia juga terkenal sebagai budayawan di sana.

Sulaksi Faraksa akan ditangkap karena menulis buku yang isinya mengkritik Raja Thailand.

Padahal di Thailand, ada larangan bagi warganya untuk mengkritik raja. Mengkritik raja sama halnya telah melanggar aturan negara yang harus diproses secara hukum.

Mendengar hal itu, sontak Gus Dur tidak terima karena ia paling tidak senang jika melihat orang disakiti hanya karena berpendapat.

Akhirnya, Gus Dur mengutus K H. Nasihin Hasan (Ketua Lakpesdam PBNU 2004-2010) untuk membawa Sulaksi Faraksa ke Pulau Pineng Malaysia.

“Itu tolong Sulaksi Faraksa itu. Ini tokoh Budha. Itu mau ditangkap dua minggu lagi”, perintah Gus Dur kepada K.H. Nasihin Hasan.

“Ditangkap karena kenapa Gus?”, K.H. Nasihin Hasan balas bertanya.

“Loh, dia itu nulis buku ngeritik raja dan itu enggak boleh. Sampean ke Bangkok, bawa Sulaksi Faraksa ini ke Pulau Pineng”, tegas Gus Dur.

K.H. Nasihin Hasan kemudian membawa orang yang mau ditangkap dan diadili dari Bangkok lewat Kuala Lumpur terus ke Pulau Pineng.

Di Pulau Pineng, K.H. Nasihin Hasan sudah menyiapkan orang yang akan menampung Sulaksi Faraksa.

Sementara Gus Dur dengan segera menghubungi Kardinal Jamie Shin di Filipina, Bishop Labayan, Edgar Valenzuela dan tokoh Asia Tenggara lainnya. Mereka semua adalah budayawan dan aktivis.

Tak hanya itu, Gus Dur juga menghubungi tokoh-tokoh dari Udaipur-India seperti Chakra Pane, Bikas Bae, dan Mati Kurian.

Ditambah lagi Arya Ratih dan Profesor Hwajae dari Srilanka yang juga dihubungi oleh Gus Dur.

Singkat cerita, K.H. Nasihin Hasan sampai di Pulau Pineng dengan membawa Sulaksi Faraksa dalam keadaan selamat.

Tak lama setelah itu, Gus dur datang dengan membawa para tokoh yang telah dihubungi sebelumnya.

Di sanalah, kemudian dibuat surat bersama atas nama para tokoh dan budayawan Asia tersebut yang ditujukan kepada Raja Thailand.

Surat bersama itu berisi tentang permohonan maaf atas kesalahan yang telah dilakukan oleh Sulaksi Faraksa.

Serta juga, membolehkan Sulaksi Faraksa untuk tetap diadili tetapi tidak perlu dihukum.

Akhir kisah, atas dasar permintaan tokoh-tokoh penting di Asia, Raja Thailand pun luluh dan mau membebaskan Sulaksi Faraksa.

Sungguh luar biasa. Keberhasilan ini menjadi bukti, betapa wibawanya seorang Gus Dur di mata para tokoh internasional.

Karena itu, kemudian Anita, Putri Gus Dur pernah menerima Ramon Magsaysay. Sebuah penghargaan tingkat Asia atas prestasi kemanusiaan Gus Dur.

“Jadi, kalau ada orang menderita ditimpa ketidakadilan, itu bangkit Gus Dur, langsung gak mikir apapun itu”, tandas K.H. Nasihin Hasan.



» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Haerul Anwar
Editor : Bahrullah

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya