SUARA INDONESIA

Perantau Asal Jawa Ini Sukses Kembangkan Bisnis Kembang di Bali

Muhammad Nurul Yaqin - 06 May 2023 | 21:05 - Dibaca 2.79k kali
Ekbis Perantau Asal Jawa Ini Sukses Kembangkan Bisnis Kembang di Bali
Suryanto Galito (44), pedagang kembang di Denpasar, Bali, sedang melakukan perawatan di kebunnya, Sabtu (6/5/2023). (Muhammad Nurul Yaqin/suaraindonesia.co.id).

DENPASAR - Suryanto Galito (44), pria kelahiran Malang, Jawa Timur, sukses menjadi pengusaha kembang di Kota Denpasar, Bali.

Saat ini ia telah memiliki kebun kembang seluas 10 are atau 1.000 meter persegi yang berada di Jalan By Pass Ngurah Rai, Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur.

Puluhan jenis kembang tersedia di area kebunnya. Dari bisnis kembang itu, Suryanto mampu meraup omzet Rp 20 juta per bulan.

Kisah suksesnya bermula ketika Suryanto pergi merantau ke Bali tahun 1999. Saat itu ia masih menjadi pekerja di tempat budidaya kembang milik orang lain.

"Kala itu saya masih bujangan dan bertekad merantau untuk membantu perekonomian keluarga di rumah," katanya, Sabtu sore (6/5/2023).

Selama dua tahun Suryanto menekuni pekerjaannya sembari belajar bagaimana cara budidaya kembang. 

Singkat cerita, karena gaji yang diperoleh belum cukup untuk ditabung. Suryanto memberanikan diri merintis usaha serupa.

Bukan hal mudah bagi Suryanto untuk memulai bisnis sendiri. Saat itu dirinya kelimpungan memikirkan modal usaha. 

Namun seperti kata pepatah usaha tidak akan menghianati hasil. Suryanto memutar otak dengan mengajak seorang rekan pekerjanya untuk merintis usaha kembang bersama.

"Dari situ saya patungan. Modal awal yang dikeluarkan Rp 8 juta. Saya Rp 2 juta teman saya juga sama. Kurangnya pinjam di bank," ujar dia.

Setelah kendala modal terselesaikan, ditambah memiliki bekal ilmu di pekerjaan sebelumnya, Suryanto memulai usaha kembang. Luas lahan yang ia sewa juga masih kecil, hanya beberapa are.

Suryanto mengaku, tanaman kembang yang dibudidaya masih ukuran kecil. Seperti jenis Puring dan Andong. Meski baru dirintis, ia sudah mampu meraup omzet Rp 5 juta per bulan.

"Namanya juga merintis, memang tidak banyak. Tapi cukup buat kebutuhan sehari dan memutar uangnya kembali untuk usaha," tukasnya.

Berkat kegigihannya, lambat laun usahanya kebang miliknya terus berkembang. Dikarenakan ekonomi sudah cukup. Suryanto memilih untuk menikah di tahun 2023.

Bisnis kembang semakin tahun semakin maju. Tahun 2009, Suryanto pertama kali mendapatkan proyek pembuatan taman di hotel yang ada di Bali.

Omzet yang ia hasilkan pun semakin bertambah. Dari awalnya Rp 5 juta meningkat menjadi Rp 10 juta per bulan. Belum lagi pendapatan tambahan dari pembeli kembang perorangan.

Dari situ Suryanto memperluas area kebun kembangnya hingga 10 are. Mulanya dari tanaman kecil, ia juga memperbanyak jenis tanaman besar seperti kamboja hingga palem.

Karena telah mendapatkan kepercayaan untuk pembuatan taman dari hotel maupun villa. Puncak dari kesuksesan Suryanto, ia berhasil mengantongi omzet Rp 20 juta perbulan.

Jangkauan pasar penjualan kembang miliknya juga semakin luas, walaupun masih di lingkup Bali. Diantaranya Kabupaten Denpasar, Tabanan, Klungkung dan Badung.

"Saya sudah sampai sejauh ini tidak luput dari proses. Ada suka maupun dukanya," ungkapnya.

Bukan bisnis jika tidak pernah mengalami kendala, cobaan datang menimpa Suryanto saat pandemi Covid-19 melanda. Pendapatan usaha kembangnya merosot tajam. Bahkan ia harus mengurangi 3 karyawan dari total sebanyak 5 orang.

"Saat pandemi jadi masa-masa paling sulit. Proyek tidak ada sama sekali. Semuanya serba dibatasi," kenangnya.

Saat pandemi Suryanto hanya mengandalkan pembeli perorangan. Agar tetap laku per harinya, ia mencoba memasarkan lewat online.

Meski tidak banyak yang membeli, Suryanto masih bisa mendapatkan laba Rp 200 ribu di masa pandemi. "Ya, cukup lah untuk kebutuhan dapur," sambungnya.

Cobaan berakhir setelah pandemi usai. Pertengahan 2022 usahanya kembali pulih. Kini pendapatan Suryanto sudah kembali ke sedia kala.

Suryanto dan ratusan pedagang kembang di Bali juga mendirikan sebuah perkumpulan yang diberi nama Asosiasi Dagang Kembang (ADK) Bali. Suryanto sendiri dipercaya sebagai ketua dalam asosiasi tersebut.

Berkat asosiasi ini, pedagang kembang di bawah naungan ADK mendapat kepercayaan berupa pinjaman modal pengembangan usaha dari bank. Salah satunya BRI.

"Tentu sangat bermanfaat. Apalagi tanpa jaminan. Paling dirasakan manfaatnya bagi pedagang kembang yang baru merintis usaha dan tergabung dalam ADK," katanya.

Suryanto mengaku bersyukur dengan apa yang telah dicapainya sejauh ini. Dari hasil jualan kembang, ia kini mampu membeli tanah hingga mobil. Serta bisa menyekolahkan ketiga anaknya.

"Tidak sia-sia merantau jauh dari Jawa ke Bali. Paling tidak pulang ke kampung bisa nyenengin orang tua," tandasnya.

Saat ini Suryanto mengembangkan 50 jenis tanaman kembang yang ada di kebunnya. Mulai jenis tanaman indoor seperti aglonema, filum, moonlight. Sementara outdoor diantaranya kamboja, palem hingga pandan pudak.

Harga kembang indoor yang ia jual beragam mulai Rp 30 ribu, Rp 75 ribu, Rp 200 ribu, Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta ke atas. Tergantung jenisnya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Bahrullah

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV