SUARA INDONESIA

Cerita Ibu-ibu Peternak Jangkrik di Banyuwangi, Modal Kecil Untung Besar

Muhammad Nurul Yaqin - 20 October 2023 | 16:10 - Dibaca 2.02k kali
Ekbis Cerita Ibu-ibu Peternak Jangkrik di Banyuwangi, Modal Kecil Untung Besar
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat mengunjungi peternakan jangkrik di Srono yang dikelola ibu-ibu rumah tangga. (Foto: Istimewa)

BANYUWANGI, Suaraindonesia.co.id - Ternak jangkrik bisa menjadi pilihan untuk menambah pemasukan ekonomi keluarga. Perawatannya mudah, modal yang kecil, tidak memakan banyak tempat dan hanya membutuhkan ketelatenan.

Seperti yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga Desa Bagorejo, Kecamatan Srono, Banyuwangi, Jawa Timur. Secara berkelompok, mereka bersama-sama warga lingkungan sekitar beternak jangkrik yang hasilnya bisa menambah ekonomi keluarga.

"Rata-rata ternak jangkrik merupakan kerja sampingan ibu-ibu rumah tangga. Karena perawatannya tidak ribet, tidak membutuhkan perlakuan khusus, hanya rutin kasih makan saja," kata Sri Yusweni, Ketua Kelompok Jangkrik Sejahtera.

"Ternak jangkrik di sini sudah berjalan sekitar satu tahun. Awalnya hanya lima orang, kini sudah 17 orang yang bergabung, rata-rata ibu rumah tangga," imbuhnya.

Kelompok ini, beternak jangkrik di sebuah gudang bekas penyelepan padi milik warga. Mereka menggunakan boks berukuran sekitar 3 x 1 meter. Boks tersebut rata-rata berisi lima ons bibit jangkrik. Lama masa panen jangkrik hanya sekitar 26 hari sampai satu bulan.

"Biasanya satu ons bibit jangkrik itu bisa jadi 10 kilogram jangkrik siap panen. Jadi satu boks bisa menghasilkan 50 kilogram jangkrik saat panen," kata Sri.

Satu kilogram jangkrik di pasaran sekitar Rp 30 ribu. Jadi satu boks bisa menghasilkan Rp 1,5 juta. Sementara biaya operasional untuk ternak jangkrik relatif kecil. Rata-rata hanya Rp 1 juta per boks, yang digunakan untuk bibit dan pakan jangkrik.

"Jadi rata-rata satu boks bisa menghasilkan keuntungan sekitar Rp 500 ribu. Kalau punya tiga boks, alhamdulillah. Lumayan untuk tambahan pemasukan tiap bulan," terang Sri.

"Warga di sini rata-rata minim punya dua boks. Selain ditaruh di tempat ini, ada juga yang memelihara di rumah masing-masing," tambah Sri.

Meski demikian, ternak jangkrik sebenarnya cukup menjanjikan karena permintaan yang besar. Permintaan banyak dari Bali, Malang, Surabaya, dan daerah lainnya, yang belum bisa dipenuhi oleh kelompok ini.

Total kelompok ini hanya terdapat 35 boks. Jadi tiap bulan rata-rata menghasilkan sekitar 1,75 ton yang dikirim ke berbagai daerah.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, yang melihat langsung peternakan jangkrik saat program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) beberapa waktu lalu, mengapresiasi upaya ibu-ibu rumah tangga untuk membantu ekonomi keluarga.

Menurut Ipuk, apa yang dilakukan ibu rumah tangga di desa ini patut dicontoh. "Ibu-ibu bisa mendapat pemasukan dan menambah ekonomi keluarga, tanpa meninggalkan pekerjaan di rumah. Karena ternak jangkrik bisa dilakukan di rumah seperti ibu-ibu di desa ini," kata Ipuk.

Bahkan, menurut Ipuk, ternak jangkrik bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak muda Banyuwangi untuk mengembangkan bisnis ini.

"Ternak jangkrik cukup menjanjikan. Anak-anak muda Banyuwangi bisa mengembangkan sektor bisnis ini. Perawatannya mudah, modalnya tidak besar, namun permintaannya banyak," tambah Ipuk. (*)


» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya