SUARA INDONESIA

Cerita Memilukan Nakes Asal Jember, Pernah Dijauhi dan Dianggap Pembawa Penyakit

Imam Hairon - 25 January 2023 | 19:01 - Dibaca 2.70k kali
Kesehatan Cerita Memilukan Nakes Asal Jember, Pernah Dijauhi dan Dianggap Pembawa Penyakit
Insih Indrawati, Tenaga Kesehatan asal Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember, Jawa Timur (Foto: Imam Hairon/Suaraindonesia.co.id)

JEMBER – Sungguh memilukan kisah salah seorang tenaga kesehatan (nakes) asal Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember, Jawa Timur bernama Insih Indrawati.

Ia mengaku, pernah dijauhi oleh masyarakat karena dianggap pembawa penyakit di masyarakat setelah menangani pasien positif Covid-19.

Insih menceritakan, kejadian itu terjadi masa pandemi Covid-19 melanda negeri. Mau tidak mau karena tugas, dirinya harus berjibaku tampil di depan melakukan pelayanan.

Meski berstatus honorer dan gaji yang dibawah rata-rata, Insih tidak pernah berfikir terancam tertular. Karena pada waktu itu alat pelindung diri (APD) sangat terbatas.

“Bayangkan, waktu itu saya menggunakan APD dari plastik, karena memang keterbatasan APD,” ungkap Insih dengan nada memperihatinkan, usai acara deklarasi Forum Honorer Tenaga Kesehatan (FHTK) Jember, di Kelurahan Jumerto, Rabu (25/01/2023).

Namun sayang, kata Insih, pasien yang dia perjaungkan tidak tertolong karena kondisinya memang parah.

Bermula dari itulah, dirinya banyak mengalami kejadian yang tidak pernah disangka-sangka sebelumnya.

‘Saya dijauhi oleh masyarakat, karena dianggap pembawa penyakit Covid-19,” tuturnya sambil berderai air mata.

Tidak hanya itu, Insih mengaku sempat tidak boleh kumpul dengan keluarga dan anak tercintanya beberapa minggu, karena khawatir tertular.

“Keadaan itu sangat menyakitkan bagi saya. Lebih menyakitkan lagi, ada oknum tokoh yang memprovokasi agar masyarakat menjauhi saya, katanya membawa sial. Karena memang saya positif sampai 3 kali,’ lanjutnya.

Kendati begitu, Insih tidak memiliki rasa dendam. Karena masyakat banyak yang belum memahami dan mengerti.

‘Covid-19 dulu dianggap aib. Sehingga siapa yang tertular dan positif sudah harus dijauhi dan tidak ditemani. Sungguh ingin menangis kalau ingat itu,’ sambungnya, sambil mengingat-ingat.

Kekalutan itu, sempat terobati saat beberapa orang penting meminta nakes untuk mengumpulkan data, sebagai syarat untuk diajukan menjadi ASN PPPK.

“Namun sayang, Tahun 2022 kemaren untuk nakes kosong. Itu sangat menyakitkan dan menyayat hati kami,” sesal perempuan lulusan Akademi Perawat Universitas Muhamadiyah Jember ini.

Dirinya berharap, nakes tidak hanya terkesan dijadikan obyek untuk mendulang suara jika ada perhelatan politik. Tetapi, juga diperjuangkan nasibnya.

“Suara kami bulat, yang senasib dengan kami 1000 orang lebih. Kami akan mendukung siapa saja yang benar-benar berjuang untuk kami di 2023. Tetapi ingat, kami jangan diphp dan diprank lagi,” pintanya.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Imam Hairon
Editor : Bahrullah

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV