SUARA INDONESIA

Dinkes Ngawi Telusuri Soal Pasien Tetanus Meninggal Dunia yang Diduga Lamban Penanganan

Ari Hermawan - 08 November 2024 | 18:11 - Dibaca 573 kali
Kesehatan Dinkes Ngawi Telusuri Soal Pasien Tetanus Meninggal Dunia yang Diduga Lamban Penanganan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Yudono. (Foto: Ari Hermawan/Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, NGAWI - Warni Cahyadi (60) warga Desa Kedungputri, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, meninggal dunia karena sakit Tetanus pada Rabu 6 Nopember 2024. Meski pihak keluarga menerima ikhlas atas takdir itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi akan menelusuri rumah sakit dan dokter yang menangani pasien tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi, Yudono saat dikonfirmasi awak media mengatakan, pihaknya bakal menelusuri ada tidaknya keteledoran dalam penanganan terhadap pasien tersebut. Yudono menambahkan, agar hal ini tidak menjadi bias di kalangan masyarakat bahwa image pelayanan kesehatan di Ngawi dinilai buruk.

"Akan kami telusuri," kata Yudono, saat dikonfirmasi melalui pesan singkat WhatsApp, Jumat (8/11/2024).

Diberitakan sebelumnya, Warni Cahyadi (60) warga Desa Kedungputri, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi meninggal dunia karena sakit Tetanus, Rabu (6/11/2024). Warni sakit Tetanus akibat luka pada kaki terkena benda tajam. Pihak keluarga menduga, pasien terlambat dirawat di ruang isolasi.

Tri, ipar pasien mengatakan, saat pertama dibawa ke RS At Tin usai menjalani operasi kaki seharusnya dilakukan perawatan di ruang isolasi untuk mengobati bakteri Tetanus. Tetapi oleh pihak dokter yang menangani, setelah operasi dan menjalani rawat inap selama dua hari pasien diperbolehkan pulang untuk pengobatan rawat jalan.

Namun, usai menjalani rawat jalan, pasien justru mengalami otot kaku pada bagian badan belakang, leher dan lidah. Oleh pihak keluarga, pasien kembali dibawa ke RS AT Tin untuk dilakukan pengobatan. Setelah ditangani oleh dokter bedah bernama Kartika, pasien disarankan kembali rawat inap.

"Perawatan kedua ini juga tidak langsung dirawat di ruang isolasi, masih di kamar rawat inap. Kondisi pasien justru semakin memburuk, kejang dan banyak keluar keringat. Lalu suami saya menghubungi pihak rumah sakit dan dokter. Baru pasien dipindah ke ruang isolasi, tapi sudah dalam kondisi kritis sampai akhirnya meninggal dunia," ujar Tri.

Tri menjelaskan, pasien tak kunjung dibawa di ruang isolasi pihak rumah sakit berdalih ruang isolasi penuh. Tri kecewa sebab pihak keluarga tidak diberitahu jika ruang isolasi penuh. Tri menambahkan, apabila saat itu pihak keluarga diberitahu, ia bisa mencari rumah sakit lain sebagai alternatif agar mendapatkan perawatan di ruang isolasi.

"Saat itu suami saya sempat menelepon pelayanan RSUD Soeroto Ngawi untuk menanyakan ruang isolasi pasien Tetanus, dan kata petugas ada ruang isolasi yang kosong. Tapi melihat kondisi pasien terus memburuk, kemudian niatan untuk dirujuk ditunda," ungkap Tri.

Kendati begitu, Tri menyebut, pihak keluarga menerima takdir tersebut meski ada rasa kecewa terhadap dokter dan pihak rumah sakit saat menangani pasien. Pihak keluarga berharap tidak terjadi lagi pada pasien lain, Tri meminta agar rumah sakit melayani dengan baik terhadap pasien meski biayanya ditanggung oleh pemerintah.

"Meski ada rasa kecewa terhadap pelayanan dan penanganan pasien, Kami menerima takdir yang menimpa keluarga kami. Harapannya hal ini tidak terulang lagi, pasien harus segera ditangani agar nyawanya bisa tertolong," pungkasnya.

Sementara pihak penanggung jawab Rumah Sakit At Tin yang diketahui bernama Sumardi, saat dikonfirmasi awak media menerangkan, bahwa waktu itu ruang isolasi penuh pasien, namun saat kembali ditanya apakah tidak ada pemberitahuan ke pihak keluarga, Sumardi tidak menjawab.

"Memang saat pasien Tetanus yang dimaksud dirawat, ruang isolasi penuh. Maka pasien tetap dirawat di ruang rawat inap namun penanganannya sama dengan pasien di ruang isolasi," terang Sumardi saat dikonfirmasi melalui sambungan telpon. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Ari Hermawan
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV