SUARA INDONESIA, NGAWI - Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap 1 Desember membawa keprihatinan di Kabupaten Ngawi. Pasalnya, Suaraindonesia.co.id mencatat, di Kabupaten Ngawi penderita penyakit mematikan tersebut jumlahnya selalu bertambah.
Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi, melalui Koordinator Program KMS HIV/AIDS, Ahmad Hari Sunarto mengatakan, pada 2023 terdapat 91 orang terjangkit HIV/AIDS kemudian 2024 bertambah menjadi 106 orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
"Kurun waktu selama lima tahun terakhir jumlah ODHA angkanya naik turun, namun jika dibandingkan tahun 2023, di tahun 2024 warga Ngawi yang terpapar HIV/AIDS bertambah," kata Ahmad, Rabu (4/12/2024).
Ahmad mengungkapkan, terhitung sejak 2002 hingga Oktober 2024, terdapat 1.162 warga Ngawi yang terpapar HIV/AIDS. Kata Ahmad, penderita tersebut tersebar di seluruh wilayah Ngawi dan sedang mendapatkan pengobatan puskesmas serta rumah sakit.
"24 puskesmas dan 4 rumah sakit yang ada di Ngawi telah melakukan pengobatan terhadap ODHA. Jumlah pasien yang diobati terbanyak di Puskesmas Teguhan, Kecamatan Paron," ujar Ahmad.
Ahmad membeberkan, berdasarkan jenis kelamin penderita HIV/AIDS di Ngawi di dominasi laki-laki, sedangkan untuk usia terbanyak penderita HIV/AIDS antara usia 25 tahun sampai 49 tahun.
"Menurut data tahun 2024 ada 106 yang terjangkit. 37 orang usianya diatas 50 tahun, 62 orang berusia 25 hingga 49 tahun, lalu 5 orang berusia 20 hingga 24 tahun, dan 1 orang penderita HIV/AIDS usia 5 sampai 14 tahun," bebernya.
"Sedangkan jumlah yang sudah meninggal dunia karena menderita penyakit HIV/AIDS di tahun 2024 sampai bulan Oktober lalu sebanyak 5 orang. Jika akumulatif sejak 2002 sampai sekarang kurang lebih ada 200 penderita HIV/AIDS yang sudah meninggal dunia," tambahnya.
Dari data tersebut Ahmad menerangkan beberapa penyebab makin banyaknya orang di Ngawi terpapar HIV/AIDS salah satunya perilaku free sex atau seks bebas.
"Kami berharap agar masyarakat mau sadar dengan bahaya yang ditimbulkan akibat seks bebas, karena rentan terkena HIV/AIDS. Selain free seks, disebabkan adanya pemakai narkoba dengan menggunakan jarum suntik," terang Ahmad.
Pihak dinkes pun, kata Ahmad, kerap melakukan langkah pencegahan, baik melalui sosialisasi dan membentuk kader peduli HIV/AIDS yang terdapat di masing-masing puskesmas.
"Pernah kita lakukan kegiatan operasi cek darah di lokasi-lokasi hotspot, misal seperti di tempat hiburan malam. Kegiatan operasi itu guna mendeteksi sejak dini penyebaran penyakit HIV/AIDS," tutupnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Ari Hermawan |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi