JEMBER-Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna, karena memiliki hati serta pikirian. Meski begitu, Allah menciptkan manusia dengan hati yang mudah berbolak-balik.
Sifat tersebut sering kali disebut dengan labil, hal ini secara jelas tercantum dalam Al-Qur'an surah Al-Ma'arij yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dengan sifat suka mengeluh. Maka, tak heran ketika dipertemukan dengan permasalahan, ia akan berkeluh kesah.
"Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditempa kesusah dia berkeluh kesah, dan apabila dia mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir," QS Al-Ma'arij 19-21
Dilansir dari kanal YouTube Den Hijrah, Ustaz Hanan Attaki memberikan tips untuk mengatasi kelabilan sifat manusia. Salah satu caranya adalah dengan yakin kepada Allah.
"Manusia itu labil, lalu bagaimana merecovery kelabilan tersebut? Belajar yakin dan berpegang teguh kepada Allah," jelasnya.
Ia juga menambahkan rasa marah, sakit hati serta perasaan-perasaan negatif lainnya tentu tidak pernah lepas dari diri manusia. Oleh karena itu alangkah baiknya jika setiap persoalan dikembalikan kepada Allah SWT.
Seperti saat berseteru dengan teman sebaya, ia menyarankan untuk memaafkan kesalahan mereka karena Allah pun akan memaafkan dosanya.
"Sesoleh apapun manusia, pasti marah. Tapi cepat juga selesainya, karena mereka berakad dengan Allah," tambahnya.
Lebih jauh, ustaz Hanan mengatakan, jika manusia bertransaksi dengan manusia maka akan timbul kekecewan. Akan tetapi, jika ia berakad dengan Allah maka akan cepat sembuh dari perasaan-perasaan negatif dalam hati, karena Allah langsung yang menyembuhkannya.
"Makin sakit, makin berat, makin besar dosa yang kita maafin dari orang lain, berarti makin besar dosa kita yang dimaafin sama Allah. Minimal sepuluh kali lipat, itu akadnya," jelasnya.
Sesungguhnya, Allah tidak pernah ingkar pada janji-Nya, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, termasuk urusan emosi manusia. (Ree/Wil)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Wildan Mukhlishah Sy |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi