SUARA INDONESIA, JEMBER - Rapat pleno terbuka rekapitulasi suara hasil Pilpres dan Pileg di Hotel Aston Kabupaten Jember, Jawa Timur pada Rabu, (06/03/2024) malam diwarnai kegaduhan.
Saksi Partai Amanat Nasional (PAN) Jember, Prastiono yang terus melakukan protes perihal kejadian raibnya sekitar 5.000 suara PAN tampak dipaksa keluar dari ruang rapat oleh petugas keamanan.
"Saya saksi mandat, kenapa dikeluarkan? Saya hanya minta keadilan dari Bawaslu dan KPU," seru Prastiono menggebu-gebu.
PAN terus menyoal insiden pengurangan ribuan suara PAN untuk DPR RI yang terjadi di Kecamatan Sumberbaru.
Semula, PAN di ujung barat Kabupaten Jember itu tercatat mendulang 10.280 suara. Namun, berkurang 5.520 suara sehingga turun drastis ke angka 4.760 suara.
PAN menganggap, prosesnya berlangsung secara tidak lazim. Dalam beberapa kali keterangan, PAN menyebut bahwa pengurangan suaranya begitu mendadak.
Yakni, ribuan suara PAN dikurangi akibat laporan Gerindra yang masih belum mendapat rekomendasi Bawaslu.
Tiba-tiba saja terjadi ditengah proses PPK Sumberbaru menghitung ulang surat suara justru atas kasus penggelembungan suara Caleg DPR RI dari Golkar nomor urut 4 Dwi Priyo Atmojo.
Prastiono menilai, peristiwa tersebut janggal. Diduga kuat penyelenggara Pemilu cenderung berpihak ke Gerindra dengan mengikuti kehendak partai berlambang kepala garuda itu.
Karena melakukan pengurangan suara PAN tanpa rekomendasi Bawaslu yang dilakukan ditengah proses kasus Golkar.
Menurutnya, PAN berusaha memprotes saat rekapitulasi suara tingkat kabupaten dengan meminta penyandingan hasil perhitungan dari seluruh TPS di Sumberbaru. Namun, Bawaslu dan KPU dianggap menghalangi usaha pembuktian.
"Silahkan semua jadi saksi, bahwa kami telah mendapat perlakuan tidak adil dari Bawaslu dan KPU Jember. Kenapa penyelenggara Pemilu terus memaksa membaca lanjutan hasil rekapitulasi, sedangkan keberatan kami tidak ditanggapi," teriak Prastiono.
Prastiono sampai melakukan orasi diluar ruang rapat. Ia menantang KPU dan Bawaslu untuk beradu data dengan milik PAN.
Apabila tantangan tersebut diabaikan, maka Prastiono menilai penyelenggara Pemilu dapat dikatakan menyabotase upaya pembuktikan rekapitulasi suara sesungguhnya.
"Ayo Bawaslu dan KPU kita adu data kebenaran terkait rekapitulasi suara di Kecamatan Sumberbaru! Ini jelas sabotase. Berani apa gak, ayo kalau data saya yang benar, anda penyelenggara Pemilu harus berani mengakui. Jika data anda yang benar, maka saya siap meminta maaf," jelas Prastiono.
Rully, rekan Prastiono yang turut berorasi menduga ada oknum-oknum penyelenggara Pemilu yang bermain mengakali perolehan suara. Ia mendesak polisi menangkap otak dibalik pengurangan suara PAN.
"Kecurangan dengan manipulasi data di Sumberbaru, saya yakin ada pelakunya. Polisi harus menangkap pelakunya malam ini juga. Saya yakin pelakunya saat ini ada di dalam ikut rapat pleno," tudingnya.
Sampai berita ini ditulis, pihak KPU maupun Bawaslu masih belum mengeluarkan statemen. Tampak para komisioner kedua lembaga penyelenggara Pemilu itu terus berada di meja rapat pleno.
Upaya media meminta konfirmasi ke mereka lewat pesan singkat tidak kunjung dibalas. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Awin Wildania |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi