SUARA INDONESIA, SIDOARJO - Kasus penganiayaan dan perundungan dialami oleh WF (14), seorang siswa kelas 2 di salah satu SMP Negeri di Kecamatan Waru, Sidoarjo, Jawa Timur. Bahkan, korban hingga mengalami pengancaman.
Peristiwa tragis ini terjadi pada Jumat, 11 Oktober 2024, ketika WF berada di ruang kelas tiba-tiba didatangi oleh BY, yang juga seorang siswa SMP negeri tersebut.
Ia kemudian menghampiri korban, lalu memukul dada korban yang tanpa sebab tersebut. Selain itu, pemukulan pun terjadi hingga BY mengajak teman-temannya untuk mengeroyok WF.
Sri (47), ibu korban WF, saat ditemui di kediamannya mengatakan, anaknya dihajar dan ditendang oleh enam siswa di area sekolahnya hingga mengalami babak belur.
Tak hanya itu, korban diancam oleh terduga pelaku yang juga melarang untuk melaporkannya kepada orang tua dan gurunya. "Kami sudah melaporkannya ke Polresta Sidoarjo di Unit PPA Satreskrim," ujar Sri.
Sri mengaku jengkel, sebab hingga kini belum juga ada itikad baik dari orang tua mereka yang sudah menganiaya anaknya. "Mereka seakan-akan mewajarkan hal tersebut," ucapnya.
"Waktu itu dada anak saya ditonjok. Akibat tonjokan itu spontan anak saya membalas karena merasa tersakiti, dan kemudian mereka terlibat cekcok. Kata anak saya sampai kerasa di ulu hati," ungkapnya.
Namun hingga akhirnya terduga pelaku BY merasa kurang puas, BY tak terima, dan tak berselang lama ia memanggil teman-temannya untuk mendatangi korban.
Lebih lanjut, Sri menjelaskan, hingga akhirnya bertemulah anaknya dengan enam siswa itu. Di antaranya berinisial BY, AD, AG, EE, AA, dan RH di bawah tangga sekolah.
"Dari situlah kemudian korban dihajar dan ditendang secara membabi buta oleh gerombolan terduga pelaku tersebut," tuturnya.
Usai dikeroyok, korban merasakan kesakitan dan nampak lemas. Kemudian enam anak tersebut mengancam korban agar tidak melaporkan kejadian tersebut ke orang tuanya maupun guru di sekolah.
"Anak saya juga diancam bila melaporkannya ke orang tua maupun gurunya, bakal dihajar lagi di luar sekolah. Anak saya akhirnya takut, selama beberapa hari itu tidak bilang ke saya," tuturnya.
Ketika masuk sekolah pada Sabtu 12 Oktober, ia izin kepada saya untuk tidak masuk sekolah dulu alasan badannya sakit semua. "Sempat juga anak saya bawa ke dokter," ucapnya.
Kemudian, pada Sabtu 19 Oktober, orang tua korban dipanggil oleh guru BK yang kemudian dipertemukan dengan terduga pelaku.
"Dari situ saya baru tahu, kalau anak saya ini habis dipukuli. Pas saya tanya, anak saya takut bilang karena diancam. Dipanggil guru BK itu dimediasi. Anaknya (terduga pelaku, red) suruh minta maaf tapi malah cengengesan," imbuhnya.
Saat kejadian pengeroyokan itu, ada tiga saksi dari teman WF. Namun, teman WF ketakutan saat hendak menolong. Diketahui, korban merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Akibat kejadian itu, korban menderita luka lebam di pipi sebelah kiri dan kaki kiri, serta luka gores di tangan kanan.
Oleh karena itu, orang tua korban sudah melaporkan kejadian tersebut ke Unit PPA Satreskrim Polresta Sidoarjo pada Minggu 20 Oktober 2024.
"Saya minta tetap diproses hukum, biar tidak terulang lagi premanisme di sekolah. Karena sebelumnya pernah kejadian, tidak ada efek jera," tegasnya.
Sementara itu, Kasi Humas Polresta Sidoarjo Iptu Tri Novi Handono masih belum memberikan keterangan mengenai kejadian tersebut. "Mohon waktu," jawabnya. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Amrizal Zulkarnain |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi