SURABAYA - PSI Surabaya banyak memunculkan wajah baru pada pemilihan legislatif (Pileg) 2024. Paling disoroti hadirnya sosok blasteran Indonesia-Jerman. Dia adalah Sarah Dewi Onggowinarso.
Di masyarakat ia akrab dipanggil Sis Sarah. Ternyata dia seorang pengusaha sekaligus pencinta sepak bola. Dengan wajah bulenya mampu menyihir orang-orang yang berkumpul di kantor KPU Surabaya.
Sejak rombongan DPD PSI Surabaya tiba di kantor KPU, semua mata tertuju pada Sarah. Paras Sarah begitu cantik, ditambah pakaian kebaya warna biru dan rambut disanggul khas orang Jawa.
Dia termasuk salah seorang bakal calon legislatif (bacaleg) Kota Surabaya. Ini pertama kalinya Sarah terjun ke politik. Bukan modal 'tampang' doang, tapi ia membawa visi misi perubahan untuk Kota Surabaya ke depan.
Paling disoroti Sarah perihal kesejahteraan anak-anak. Hingga kini ia masih belum merasakan adanya perhatian khusus terhadap mereka.
"Saya ini ingin memberikan kontribusi kepada rakyat sekitar. Ini (pencalonan) untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak," kata perempuan 35 tahun ini.
Selain itu, ia punya tujuan meningkatkan derajat perempuan di Kota Pahlawan. Ia ingin kaum hawa tidak hanya dipandang sebatas ibu rumah tangga. Sarah meyakini seorang perempuan bisa berekspresi lebih dari itu.
"Biar mereka bisa lebih berani untuk step up (naik level), berani berbicara. Jadi, selama ini mereka kan sedikit terhambat ya," ungkap Sarah.
Ia menyampaikan keresahan yang dialami di lapangan. Di saat dirinya melihat karir anak-anak di dunia sepak bola harus terhenti karena stunting. Sementara pemerintah masih belum konsen menangani hal tersebut.
"Saya lihat banyak anak-anak itu perkembangannya masih sangat lambat, ya. Jadi saya ingin mengkontribusikan diri saya untuk itu," bebernya.
Dengan begini ia meminta doa restu dan dukungan masyarakat untuk mencalonkan sebagai Anggota DPRD Surabaya periode 2024-2029. Sarah bakal bertarung dengan bacaleg lainnya yang berada di dapil 5 Surabaya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
| Pewarta | : Lukman Hadi |
| Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi