SUARA INDONESIA, SURABAYA - Survei elektabilitas Pilgub Jawa Timur 2024 menunjukkan dinamika politik yang menarik, mencerminkan tren perbedaan pilihan berdasarkan generasi.
Menghadapi Pemilu pada 27 November 2024, Jawa Timur bakal dipimpin oleh salah satu dari tiga pasangan calon gubernur: Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak, Tri Rismaharini-KH Zahrul Azhar Asumta, dan Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas dan Polbrain, Khofifah-Emil menempati posisi teratas dengan keunggulan signifikan di berbagai segmen pemilih, meskipun tantangan dari duet Risma-Gus Hans masih dapat mempengaruhi hasil akhir.
Survei Litbang Kompas
Survei Litbang Kompas terbaru, yang merinci elektabilitas calon gubernur berdasarkan kelompok usia, menegaskan dominasi pasangan Khofifah-Emil. Di generasi Z (18-27 tahun), pasangan ini unggul dengan 43,6 persen suara, sementara Risma-Gus Hans memperoleh 30,4 persen.
Meskipun ada 15,3 persen pemilih yang belum menentukan pilihan, Khofifah-Emil tetap memimpin di kelompok ini, yang dikenal dengan kecenderungannya pada pemilih muda.
Untuk generasi Y-Muda (28-35 tahun), Khofifah-Emil meraih 54,5 persen, sementara Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta (Risma-Gus Hans) hanya mendapat 18,6 persen. Walaupun ada 23,4 persen yang belum memutuskan pilihan, dukungan terhadap Khofifah-Emil terus menunjukkan tren yang menguntungkan.
Pada generasi Y-Madya (36-42 tahun), Khofifah-Emil tetap kokoh dengan 44,4 persen dukungan, diikuti oleh Risma-Gus Hans dengan 25,6 persen. Dukungan yang kuat dari generasi ini menunjukkan bahwa Khofifah-Emil tidak hanya diterima oleh kalangan muda, tetapi juga memiliki daya tarik di kalangan pemilih yang lebih matang.
Generasi X (44-57 tahun) dan baby boomers (58-76 tahun) juga menunjukkan hasil serupa, dengan Khofifah-Emil terus mendominasi dengan 56,3 persen dan 50,4 persen suara, berturut-turut, meskipun terdapat 22,1 persen dan 28,9 persen pemilih yang belum menentukan pilihan.
Peneliti Litbang Kompas, Yohan Wahyu, menjelaskan bahwa hasil ini menunjukkan bahwa usia bukan faktor pembeda utama dalam pemilihan ini.
“Khofifah hampir merata unggul di semua generasi, sementara Risma-Gus Hans memiliki kekuatan yang lebih besar di kalangan pemilih paruh baya dan generasi Z,” ungkapnya dalam program Obrolan Newsroom Kompas.
Survei Polbrain
Survei Polbrain yang dilakukan pada 18-23 Oktober 2024 menunjukkan elektabilitas Khofifah-Emil yang dominan dengan 49,3 persen, disusul oleh Risma-Gus Hans dengan 35,2 persen. Pasangan Luluk-Lukmanul hanya mendapatkan 5,3 persen, sementara 10,2 persen responden masih belum menentukan pilihan.
Meskipun Khofifah-Emil unggul, survei ini juga mencatat bahwa preferensi publik masih bisa berubah, terutama di kalangan pemilih yang belum memutuskan.
Pengamat politik Airlangga Pribadi Kusman menyoroti pentingnya peran pemilih yang belum menentukan pilihan. “Situasi Pilkada Jatim masih sangat dinamis. Khofifah-Emil dan Risma-Gus Hans harus berlomba merebut pemilih undecided yang cukup signifikan,” katanya.
Menurut Airlangga, faktor ketiga yang perlu diperhatikan adalah potensi pasangan Luluk-Lukmanul dalam mengoptimalkan suara Nahdliyin, yang bisa menggerus basis suara Khofifah.
Hasil Masih Bisa Berubah
Meskipun Khofifah-Emil menunjukkan keunggulan elektabilitas di semua generasi, situasi politik masih dapat berubah menjelang hari pemilihan. Dengan lebih dari 85 persen pemilih yang memilih antara Khofifah-Emil dan Risma-Gus Hans, kedua pasangan ini akan berebut suara pemilih yang masih bisa berubah, serta mencoba menarik pemilih yang belum menentukan pilihan.
Airlangga menambahkan, “Dalam sisa waktu yang ada, baik Khofifah-Emil maupun Risma-Gus Hans harus memacu diri untuk mengunci kemenangan di lap terakhir.”
Survei-survei ini menunjukkan bahwa meskipun elektabilitas Khofifah-Emil unggul, Pilkada Jatim 2024 masih akan berlangsung dinamis hingga hari pencoblosan. Dengan segmen pemilih yang berbeda-beda dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi, siapa yang akan memimpin Jawa Timur dalam lima tahun ke depan masih akan ditentukan oleh strategi kampanye dan daya tarik masing-masing pasangan calon di sisa waktu yang ada. (*)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Dona Pramudya |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi