SUARA INDONESIA

Tradisi Labuhan Pantai Ngliyep, Ritual yang Menjadi Magnet Pariwisata Masa Pandemi

- 02 November 2020 | 13:11 - Dibaca 5.65k kali
Wisata Tradisi Labuhan Pantai Ngliyep, Ritual yang Menjadi Magnet Pariwisata Masa Pandemi
Tradisi Labuhan Masyarakat Desa Kedungsalam di Pantai Ngliyep. (Ist)

KABUPATEN MALANG - Meski industri pariwisata kini tiarap akibat pandemi Covid-19, namun pelaku industri pariwisata tetap optimis bisa bangkit dan berharap pandemi cepat berakhir. 

Hal ini setidaknya dikatakan Direktur Utama PD Jasa Yasa Ahmad Faiz Wildan, Senin (02/11/2020). 

"Kami semua berharap adanya gelar ritual sedekah laut bisa menjadi awal cerah membaiknya Industri pariwisata. Ini menjadi magnet dan kami ingin pandemi cepat berakhir," tandas Ahmad Faiz Wildan.

Faiz Wildan menjelaskan, ritual tersebut adalah sedekah laut, bukan sesembahan. Yaitu menjadi wujud tanda syukur kepada Allah SWT dengan cara tradisi Jawa khususnya masyarakat lokal di sekitar Pantai Ngliyep, yang diwariskan leluhur.

"Saya berdoa semoga negeri ini aman. Karena Ngliyep ini juga salah satu lokasi inspirasi bagi Bung Karno di dalam meneropong Indonesia untuk masa selanjutnya," tutur Ahmad Faiz Wildan. 

Menghormati Rasulullah

Ahmad Faiz Wildan mengungkapkan, ritual tradisi labuhan ini selalu diadakan bulan Maulid Nabi.

"Kegiatan ini adalah bentuk hormat kami terhadap Nabi Muhammad dengan adat Jawa," papar Ahmad Faiz Wildan.

Terkait pandemi, maka Ahmad Faiz Wildan mengibaratkan kondisinya mirip orang sedang menyelam. Jadi harus kuat nafas dalam menyelam.

"Ini fase kuat-kuatan nafas di waktu menyelam. Kita harus tetap berikhtiar eksis di tengah pandemi. Semoga pandemi cepat berakhir dan kita bisa meningkatkan omset," tukas Ahmad Faiz Wildan.

Wujud Syukur

Sekilas informasi, tradisi Labuhan sudah turun temurun dilakukan masyarakat Desa Kedungsalam merupakan bentuk syukur atas anugerah kemakmuran.

 Tradisi Labuhan dipadati ratusan pengunjung yang digelar di Pantai Ngliyep Donomulyo Kabupaten Malang, Sabtu 31/10/2020 lalu.

Prosesi Labuhan dimulai dengan mengusung ubo rampe ke pulau Kumbang yang berada di bibir pantai yang selanjutnya dilakukan ritual sesuai tradisi adat hingga melemparkan sesaji ke tengah laut.

Penyebaran Kerajaan Mentaraman

“Jika di Pantai Balekambang menurut sejarah merupakan wilayah penyebaran kerajaan Islam, sementara Pantai Ngliyep merupakan sejarah penyebaran Kerajaan Mentaraman," terang Ahmad Faiz Wildan.

Wildan mengatakan bahwa tradisi ini merupakan warisan leluhur. “Makanya tradisinya seperti ritual umat Hindu ya, kendati hal ini gak mengurangi esensi dari makna Labuhan itu sendiri,” ujarnya.

Magnet Wisata

Lebih lanjut, Wildan mengatakan bahwa tradisi Labuhan memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, kehadiran ratusan pengunjung yang melihat ritual labuhan itu sendiri, merupakan permulaan positif terhadap kunjungan wisata di pantai Ngliyep.

“Karena ritual labuhan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat sekitar dan wisatawan luar daerah," ujarnya.

Faiz Wildan memperkirakan kehadiran ratusan pengunjung di pantai Ngliyep masih jauh dari ekspektasi PD Jasa Yasa.

“Kita realistis ya, karena ada batasan 50 persen pengunjung wisata, ya harus kita ikuti, kan ini juga bagian prokes Covid-19, tetap berpengaruh juga terhadap kunjungan wisata,” terang Ahmad Faiz Wildan.

Wildan berharap pandemi Covid segera berakhir sehingga industri pariwisata di Kabupaten Malang bisa berangsur pulih. Salah satu contoh seperti di Pantai Ngliyep yang sempat ditutup selama tiga bulan tersebut. (had)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta :
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya