SUARA INDONESIA, JEMBER- Puncak perayaan Idul Fitri di pesisir selatan Jember, Jawa Timur, ditutup dengan tradisi yang cukup unik. Warga yang tinggal di Kecamatan Ambulu dan sekitarnya, akan beramai-ramai mengunjungi Pantai Watu Ulo menggunakan pegon, alat angkut tradisional yang digerakkan oleh tenaga lembu.
Dulu, tradisi tahunan yang populer dengan sebutan Festival Pegon tersebut, biasanya berbarengan dengan Hari Raya Ketupat atau hari ketujuh Lebaran. Tradisi itu sekaligus memungkasi perayaan Idul Fitri oleh warga setempat. Namun kini, tanggal pelaksanaannya menyesuaikan dengan agenda yang disusun oleh dinas pariwisata.
“Tahun ini, festival pegon kembali kami gelar dengan melibatkan pemilik pegon dari dua kecamatan. Ambulu dan Wuluhan. Acara ini merupakan tahun kedua setelah sempat vakum karena pandemi,” terang Bambang Rudianto, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Pemkab Jember, Kamis (18/4/2024).
Menurutnya, sebanyak 49 pegon bakal turut memeriahkan agenda wisata budaya yang berlangsung pada Minggu 21 April. Acara yang dimulai sejak pagi hingga siang itu, bakal menempuh rute sepanjang enam kilometer. Start dari Kantor Desa Sumberrejo, Kecamatan Ambulu dan finish di Pantai Watu Ulo.
“Festival pegon tahun ini akan digelar istimewa. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Banyak hal yang sudah kami persiapkan untuk menyukseskan agenda tersebut,” sambung mantan Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Jember itu.
Dia menjelaskan, perbedaan yang menonjol dibanding event sebelumnya dimulai dari pemilihan sapi yang bakal digunakan menarik pedati. Bekerjasama dengan dinas peternakan, lembu-lembu tersebut akan diseleksi terlebih dahulu, dipilih yang benar-benar sehat.
Selanjutnya, sapi-sapi juga akan menjalani ritual. Lembu dimandikan terlebih dahulu, sebelum digunakan menarik pegon. “Saat pelaksanaan, kami juga menyediakan pegon khusus bagi kepala OPD (organisasi perangkat daerah). Nanti, para kepala OPD diwajibkan nyawer kusir pegon yang oleh masyarakat setempat disebut Bajingan," bebernya.
Selama festival berlangsung, ratusan penari juga disiapkan untuk menyambut rombongan di pesisir Watu Ulo. Mereka bakal membawakan Tari Barong yang diikuti oleh sekitar 300-an penari. Semua proses sejak awal hingga akhir, juga bakal didokumentasikan secara ciamik, dibantu oleh kamera yang menggunakan pesawat nirawak atau drone.
“Acara diperkirakan selesai pukul 02.00 siang. Dan sebelum pulang, pengunjung serta undangan diminta ikut membersihkan sampah. Jadi, acara bubar tidak ada sampah yang tersisa,” jelasnya.
Tak hanya itu, jika tahun sebelumnya jalur di sepanjang menuju Watu Ulo juga macet ketika festival berlangsung, kali ini pihaknya mengupayakan agar kejadian serupa tidak kembali terulang. Dispar telah berkoordinasi dengan kepolisian dan dinas perhubungan untuk melakukan rekayasa lalu lintas agar kepadatan kendaraan bisa terurai.
“Jalur bakal disterilkan. Harapannya, tidak ada lagi macet-macet. Sehingga pelaksanaan festival berlangsung lancar dan aman, pengunjung juga merasa nyaman,” tuturnya.
Bahkan, Bambang Rudianto menambahkan, dua hari sebelum pelaksanaan, pihaknya juga menggandeng ratusan relawan untuk bersih-bersih kawasan pantai. “Setidaknya ada 250 hingga 400 orang yang bakal terlibat dalam aksi bersih-bersih itu. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari berturut-turut, Jumat dan Sabtu, besok,” pungkasnya. (ADV)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Tamara F |
Editor | : Mahrus Sholih |
Komentar & Reaksi