SUARA INDONESIA

Kisah Nyata Ki Sumantri Dalang Asal Trenggalek Dibayar Seadanya

Rudi Yuni - 03 January 2021 | 13:01 - Dibaca 1.93k kali
Budaya Kisah Nyata Ki Sumantri Dalang Asal Trenggalek Dibayar Seadanya
Ki Sumantri Darmo Suwito

TRENGGALEK - Irama tembang serta pitutur jawa sayup terdengar dari rumah tepatnya di Desa Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek.

Senyuman ramah pemilik rumah langsung menyambut saat awak media berkunjung ke rumah Ki Sumantri Darmo Suwito. 

Ki Sumantri sapaan akrabnya memiliki keresahan tersendiri di tengah masa Pandemi Covid-19 kali ini.

Pasalnya para pelaku kesenian saat ini sedang kesulitan untuk menyambung hidup karena tidak ada job entah itu pagelaran wayang maupun lainnya.

Kendati demikian, Ki Sumantri meminta agar semua pelaku seni tetap semangat menjalani aktivitas sehari-hari serta tetap memacu kreativitas entah itu melalui virtual.

Dalang murah senyum itu juga menceritakan disaat dirinya dalam posisi keadaan hidup yang pas pasan. Bahkan secara moral ia tidak mau dan tidak pernah menolak permintaan seseorang untuk tampil.

"Saya tidak pernah menolak permintaan seorang yang memintanya tampil, meski tidak memiliki biaya," ucapnya saat bercerita kepada awak media, Minggu (3/1/2021).

Disambung Ki Sumantri, situasi itu pernah dialaminya saat diminta tampil oleh janda tua didaerahnya, saat tampil itu dengan biaya yang seadanya atau pas-pasan saja. 

Sebab baginya ada kebanggaan sendiri bisa diminta untuk tampil sebagai dalang. Tujuannya tak lain untuk mestarikan warisan budaya nenek moyang.

"Jika normal, untuk setiap kali tampil dibutuhkan biaya sekitar Rp 20 juta," tutur Ki Sumantri.

Menurut Ki Sumantri, biaya itu termasuk sewa gamelan serta honor dalang dan penabuh gamelan. 

Namun pernah juga dirinya diminta tampil dengan honor yang dibawah itu, namun tetap dihadiri.

"Jadi pernah diminta tampil dengan buaya seadanya, cukup untuk menyewa gamelan dan memberi honor penabuhnya," kata Ki Sumantri.

Hal itu dilakukan Ki Sumantri tak lain karena kecintaanya dalam pagelaran seni wayang kulit. Sehingga dinyakini dengan tampil tersebut bisa melestarikan seni wayang kukit agar tidak punah dimakan perkembanhan zaman. 

Sebab sejak kecil dirinya amat menyukai pagelaran wayang mukit, sebab kala iti ketika ada hajatan, kuarga besarnya selalu menggelar pertunjukan wayang kulit bagi masyarakat setempat.

"Bagi saya yang terpenting tanggungjawab terhadap honor yogo atau penabuh tetap terselesaikan, kadang saya juga menambah memakai uang pribadi untuk itu," tambah Ki Sumantri.

Karena ketika remaja Sumantri memutuskan untuk sekolah pendalangan di Kediri dan Nganjuk. Barulah sekutar tiga tahun sekolah pendalangan, pada tahun 1982 dirinya tampil perdana.

Hal tersebut terus dilakukan hingga saat ini. Semenjak saat itulah, rata-rata dua kali dalam sebulan, dirinya selalu mendapatkan job untuk mendalang, sebelum pandemi korona seperti saat ini.

"Bahkan sejak saat menjadi PNS saya harus pandai membagi waktu, tujuannya agar akktivitasnya sebagai dalang tidak mengganggu pekerjaan," terang Ki Sumantri.

Ditambahkan Ki Sumantri, dirinya pernah mendalang di berbagai daerah semisal Kediri, Surabaya dan kota lain di wilayah Jawa Timur.

Bahkan dirinya harus bisa memperkirakan pukul berapa selesai mendalang, dan langsung pulang. Seperti halnya ketika tampil di wiayah Kediri.

Sedangkan untuk menjaga agar kondisinya tetap fit, dirinya selalu rutin minum air putih, dan kopi. Dengan begitu ketika bekerja tetap bisa fokus, kendati baru semalaman tampil. 

"Saya tidak pernah mengkonsumsi doping jenis apapun, apalagi mengkonsumsi miras. Semoga saja dengan ini wayang kulit tetap lestari," tutur Kasi Trantib Kecamatan Gandusari yang mulai awal Januari 2021 mendatang sudah purna tugas.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Rudi Yuni
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya

Featured SIN TV