BANYUWANGI - Petani buah naga di Banyuwangi tampaknya lagi sumringah menikmati masa panen. Hanya saja, mereka ketar-ketir karena harga di pasaran terus turun.
Seorang petani buah naga asal Dusun Persen, Desa Kedungsari, Kecamatan Tegaldlimo, Enot Sugiarto (32) mengatakan, saat ini para petani masih melangsungkan panen kedua pada musim tahun ini. Namun, harga buah naga sedang kurang bagus.
Saat ini harga buah naga di pasaran hanya laku di Rp 5 ribu per kilogramnya. Padahal di harga normalnya bisa mencapai di atas Rp 10 ribu.
"Panen seminggu lalu masih tembus di kisaran harga Rp 9 ribu sampai Rp 10 ribu per kilogramnya. Tapi kini anjlok di Rp 5 ribu," ujarnya, Minggu (12/2/2023).
Enot mengaku, jika harga terus anjlok dibawah Rp 5 ribu bisa dipastikan petani buah naga akan merugi. Karena tidak sesuai dengan biaya perawatan yang harus dikeluarkan.
"Kami masih ketar-ketir, jika harganya terus turun, petani bisa buntung. Semoga tidak sampai terjadi,” tuturnya.
Enot mencontohkan, seperti harga buah naga pada panen raya di tahun 2019 yang sempat anjlok di Rp 1.500 per kilogram. Banyak petani kelimpungan bahkan ada yang membuang hasil panennya ke sungai sebagai bentuk protes.
Anjloknya harga buah naga ini dipengaruhi panen raya yang terjadi. Sehingga stok di pasaran sangat melimpah. Ditambah tidak ada kepastian stabilitas harga buah naga pasca panen.
"Kadang setiap harinya harga buah naga ini bisa berubah-ubah. Karena itu tadi belum ada kepastian harga," tukasnya.
Ia menyebut, setiap musim panen harga buah naga selalu turun. Makanya, tidak heran kalau ada petani yang membuang hasil panen nya ke sungai lantaran harga hancur.
"Kalau di musim memang rata-rata harga di bawah Rp 10 ribu. Untuk panen sekarang di harga Rp 5 ribu masih untung meski tidak seberapa. Tapi kalau sudah dibawah itu kami hanya bisa pasrah," ujarnya.
Dia berharap, pemerintah bisa memberikan kepastian stabilitas harga untuk petani buah naga saat musim panen.
"Jangan sampai para petani buah naga yang sudah bersusah payah untuk mencukupi kebutuhan ekonominya, justru harus merugi karena kurangnya perhatian," pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Bahrullah |
Komentar & Reaksi