JEMBER - Mohamad Riski namanya. Dia tinggal di Desa Keraton, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Kemaren, Minggu (14/03/2021) dia berhasil menyabet piala dan piagam atlet pesilat putra terbaik, dari kejuaraan Ketua Cabang Jember Cup 2.
Siapa sangka, dibalik prestasinya pria bertubuh tegap ini memiliki cerita memprihatinkan dalam kesehariannya.
Riski adalah salah satu remaja pekerja buruh kasar sebagai kuli panggul di daerahnya.
Disaat remaja lain menikmati masa keremajaannya dengan mode era kekinian.
Sementara Riski, harus berjuang seorang diri demi memberi makan sang ibu tercinta dan adik- adiknya.
Maklum saja, dia hidup dari keluarga tidak mampu. Hanya cukup buat makan sekeluarga.
Apapun dia lakukan. Memikul kayu glondongan, menaikan barang di atas truk, semua dia lakoni.
Tidak jarang, Riski didapati tertidur pulas di alam jika dirinya sudah lelah seharian bekerja.
Riski sadar, dengan bermodal ijazah SMA pesaing melamar pekerjaan sangatlah sulit dan sangat banyak pesaing.
Sehingga dia memutuskan untuk mejalani profesi buruh kasar serabutan itu.
Baginya, apa yang dialami saat ini adalah memang perjalanan hidupnya yang harus dilalui.
Tidak heran, saat arena pertandingan, Riski terlihat berotot dan kokoh.
"Yang penting halal. Setiap orang memiliki perjalanan sendiri-sendiri mas. Sudah saya jalani, mungkin ini sudah takdir saya," ungkapnya, dengan nada memelas.
Riski menaruh harapan, jika ada kejuaraan yang lebih tinggi kedepan dirinya masih bisa diberikan kesempatan untuk bisa kembali tampil.
"InsyaALLAH saya yakin. Bermodal do'a orang tua dan berlatih gigih dari pelatih saya, saya pasti bisa," ujar Riski.
Sementara salah seorang pelatihnya dari Ranting Ambulu bernama Dian, membenarkan kondisi Riski.
Kata dia, Riski memang orangnya sederhana dan merupakan tumpuan dan tulang punggung keluarga.
"Ini salah satu siswa saya yang memprihatinkan. Hidupnya kekurangan, tapi giat berlatih dan tidak mau menyerah. Dari Keraton Tempurejo datang berlatih ke Ambulu," sebutnya.
Pendekar warga tingkat 1 ini juga menceritakan, bahwa jelang pertandingan Ketua Cabang Cup 2, Riski sempat hilang.
"Setelah saya tanyakan ke NTT. Ikut truk, nguli menurunkan barang-barang berat. Alhamdulillah, masih bisa ikut pertandingan," paparnya.
Dian berharap, Riski masih ada kesempatan dan jalan untuk ikut terus bertanding.
"Siapa tahu dengan prestasinya, dia bisa merubah nasibnya untuk lebih baik. Bekerja yang lebih baik," harapnya.
Dari Mohamad Riski, kita bisa belajar. Meskipun hidup dengan kekeurangan, namun tetap gigih dan pantang menyerah untuk menorehkan prestasi.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Imam Hairon |
Editor | : |
Komentar & Reaksi