JEMBER - Sosok Ahmad Ali Ashari atau yang akrab disapa Gus Ali, selain aktif sebagai Ketua Ranting Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Ranting Bangsalsari Jember, ternyata dia juga menjabat sebagai pengurus di Nahdlatul Ulama (NU).
Gus Ali saat ini, mengabdikan diri sebagai A'wan Syuriah Ranting NU Sukorejo, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
Dirinya mengabdikan di organisasi NU sudah cukup lama. Meneruskan perjuangan ayah mertua tercintanya Kyai Ahmad Dimyati.
Kyai Dimyati sendiri, oleh masyarakat Bangsalsari dikenal sebagai tokoh dan berperan penting berdirinya NU di wilayahnya.
Tidak heran, Kyai Ahmad Dimyati pernah dipercaya sebagai pengurus NU di masanya.
Bagi Gus Ali, berjuang di organisasi yang didirikan Alm.KH.Hasyim Asy'ari adalah perjuangan yang sudah tertancap dalam dalam jiwa dan raga mulai dirinya kecil hingga sekarang.
Sebagai kader NU, tidak heran, hingga detik ini, Gus Ali tetap berjuang ikut andil berjuang membesarkan dan mengenalkan NU kepada wali santri dan masyarakatnya.
Begitupun dalam hal kegiatan belajar mengajar di pesantrennya. Ajaran dan prinsip ahlus sunnah waljama'ah, menjadi pelajaran wajib bagi santri yang ia didik.
Pun demikian di Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT). Pada tahun 1990, Gus Ali menjatuhkan pilihan bergabung pada seni bela diri asal Madiun itu karena prinsip yang diajarkan mulia dan sevisi dengan dirinya.
Selain melestarikan budaya bela diri pencak silat, menurut Gus Ali tujuan PSHT mencetak manusia berbudi luhur tahu benar dan tahu salah.
Meski di tubuh NU sendiri ada organisasi pencak silat Pagar Nusa, dirinya tetap istiqomah berjuang di PSHT.
Gus Ali tetap menghormati dan menghargai tumbuh kembang Pagar Nusa di wilayahnya.
Karena bagi Gus Ali, yang namanya perjuangan dimanapun sama. Tergantung dari niat dan yang menjalaninya.
"Sama-sama berjuang mengenalkan dan membesarkan NU. Saya berjuang membawa ahlus sunnah waljama'ah lewat PSHT dan ada yang lewat Pagar Nusa," ungkap Gus Ali memaparkan
Selama ini, diakui Gus Ali, PSHT selalu terbuka. Bahkan, mayoritas tokoh yang ada di PSHT banyak dari santri yang berlatar belakang NU.
"Makanya di kami, lomba keagamaan kita juga tekankan. Lomba adzan, tartil dan tahfidz baru saja terselenggara," sebut Gus Ali.
Sejak kejadian dugaan kesalahpahaman kemarin, antara (Pagar Nusa dengan siswa PSHT) Bangsalsari, bagi Gus Ali itu merupakan ujian terberatnya.
"Disatu sisi NU adalah jiwa saya. Disisi lain, PSHT juga perjuangan saya," ungkapnya.
Gus Ali sadar, bahwa manusia itu adalah tempat salah dan lupa. Sementara kebenaran mutlak hanya milik ALLAH semesta.
"Dengan kerendahan hati, untuk bisa saling memaafkan. Kami sebagai manusia dhoif mohon dimaafkan atas kesalahan ini," pintanya.
Dirinya berharap, persoalan tersebut segera selesai dan menemukan jalan keluar.
"Sesama NU tidak boleh saling menjatuhkan. Kita satu, hanya di seni bela diri saja yang beda, yang lain kita sama," lugasnya.
Ditanya proses kelanjutan sesalahpahaman yang berujung pada pelaporan polisi, dirinya berkomitmen tetap akan menghormati proses hukum.
"Kita hidup di negara hukum.Biarkan polisi bekerja profesional, siapa yang salah biar menanggung proses hukum yang berlaku," sebutnya.
Ditanya isu bahwa Gus Ali pernah didatangi sekelompok orang ke rumahnya, dirinya tidak membantah.
"Ya didatangi, tetapi hanya silaturohim meluruskan masalah. Toh sampai detik ini saya sehat, mereka sama-sama saudara kita, sesama Muslim, sesama NU," pungkasnya.
Dirinya mengajak kepada masyarakat baik dari PSHT ataupun Pagar Nusa untuk tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang tidak jelas dan memecah persaudaraan.
"Sejak kejadian itu, banyak akun-akun tidak jelas bukan mendinginkan.Justru membuat situasi semakin panas. Ketua cabang sama-sama sepakat, biar persoalan ini masuk ranah hukum," terangnya.
Sebelumnya, Ketua Cabang Pagar Nusa Kabupaten Jember, H.Fathor Rozi mengakui, kalau tokoh PSHT di Jember mayoritas NU.
"PSHT Jember diakui atau tidak, hampir 90% tokohnya banyak dari Nahdlatul Ulama (NU). Haji Jono, juga mengakui itu," sebut H.Rosi saat dikonfirmasi via selulernya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Imam Hairon |
Editor | : M Ainul Yaqin |
Komentar & Reaksi