SUARA INDONESIA

Inovatif, Desa Mojokrapak Jombang Berhasil Turunkan Angka Stunting hingga 50 Persen

Gono Dwi Santoso - 30 September 2024 | 21:09 - Dibaca 639 kali
Kesehatan Inovatif, Desa Mojokrapak Jombang Berhasil Turunkan Angka Stunting hingga 50 Persen
Suasana kegiatan Taman Pemulihan Gizi (TPG), orang tua diajak menyajikan makanan menarik dan bergizi untuk anak mereka di Balai Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Senin (30/09/2024). (Foto: Gono Dwi Santoso/Suara Indonesi

SUARA INDONESIA, JOMBANG- Desa Mojokrapak, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, berhasil menurunkan angka stunting dari 43 balita menjadi 21 balita saat ini atau sekitar 50 persen lebih.

Pj Kades Mojokrapak, Lia Aprilianna Isna Sari mengatakan, pada 2023 Desa Mojokrapak masuk lokus stunting. Pada Agustus 2023, tercatat ada 43 balita yang mengalami stunting.

"Banyak program yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut. Saat itu, kepala desanya masih H Warsubi. Ada program inovasi desa yang digalakkan dengan merangkul beberapa perusahaan, salah satunya PT Phalosari untuk memberikan bantuan langsung berupa makanan bergizi," paparnya di acara rembuk stunting rumah desa sehat (RDS) di balai desa setempat, Senin (30/09/2024).

Menurutnya, beberapa program pengentasan stunting yang berjalan di Mojokrapak antara lain, rembuk stunting yang merupakan rangkaian dari tahapan penyusunan perencanaan di tingkat desa. Tujuannya untuk merumuskan kebijakan atau prioritas wajib sehubungan pengentasan stunting.

"Selain itu ada pemberian makanan tambahan (PMT) untuk bayi dan balita guna melengkapi kebutuhan gizi anak agar mencapai berat badan sesuai usianya. Ada pula sekolah hebat orang tua untuk mengedukasi masyarakat mengenai pola asuh anak," jelasnya.

Yang menarik, lanjut dia, ada yang namanya Taman Pemulihan Gizi (TPG). Program ini mengajak orang tua untuk menyajikan makanan menarik dan bergizi untuk anak mereka.

Sekretaris Desa, Chusnul Akhlaq menambahkan, angka balita stunting meningkat pada 2023 karena tahun tersebut angka kelahiran juga meningkat drastis. Sebelumnya, Desa Mojokrapak belum pernah memiliki angka stunting yang tinggi. Karena itu, ketika ditetapkan sebagai lokus stunting di Agustus 2023, Warsubi yang ketika itu merupakan kepala desa, bergerak mengatasi hal tersebut.

"Program mengeliminasi balita stunting termasuk balita yang berisiko stunting ini menjadi program prioritas. Sehingga, ada banyak hal yang dilakukan. Selain kerja sama dengan PT Phalosari untuk memberikan makanan langsung pada balita, ada pula kerja sama dengan berbagai sektor seperti kader posyandu dan tim penggerak PKK yang dikawal sama Bu Lurah Yuli Nugrahani," sahutnya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Tembelang, dr Puguh membenarkan, di Mojokrapak sendiri tidak hanya masyarakat yang kurang mampu yang balitanya mengalami stunting. Kondisi orang tuanya berada pun ada yang balitanya mengalami stunting.

"Ada pula yang orang tuanya berada tapi balitanya stunting karena kurangnya pemahaman mengenai pola asuh dan pola makan. Karena itu, selain asupan gizi, kami juga menekankan pentingnya edukasi terhadap orang tua sehingga bukan hanya angka stuntingnya yang berkurang, tapi balita dengan risiko alami stunting juga berkurang," paparnya.

Ia menambahkan, secara fisik, anak bisa dikategorikan stunting, jika tinggi badan atau panjang tubuhnya lebih dari dua standar deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak Badan Kesehatan Dunia (WHO).

"Karena itu, kadang meski tinggi badan dan berat tubuhnya tidak sesuai karena faktor genetik dan satu lain hal, tapi kemampuan motoriknya berkembang bagus, sebenarnya tidak bisa digolongkan sebagai kondisi stunting," jelasnya.

Menurutnya, mengatasi stunting bukan hanya jadi tugas kepala desa dan staf, melainkan juga kerja sama yang baik antara kepala desa, staf, kader posyandu, PKK hingga masyarakat desa. Dengan membangun kerja sama yang baik dalam melakukan edukasi menyeluruh, angka stunting akan makin mengecil.

"Karena tidak mungkin suatu desa itu nol stunting. Pasti akan selalu ada sekitar 4/5 persen. Tapi bukan tidak mungkin untuk kita minimalisasi," pungkasnya. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Gono Dwi Santoso
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya