Ustaz Adi Hidayat: Jangan Asal Potong Kuku, Ikuti Cara Ulama Melakukannya
Redaksi
- 31 January 2022 | 12:01 - Dibaca 1.84k kali
Khazanah
Ustaz Adi Hidayat (Foto: Tangkapan Layar Kanal YouTube Adi Hidayat Official)
JEMBER: Memotong kuku merupakan salah satu dari lima sunah fitrah manusia yang telah disebutkan Rasulullah SAW dalam hadisnya.
"(Sunah) fitrah ada lima, yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur bulu ketiak, memendekan kumis dan memotong kuku," HR Bukhari dan Muslim.
Menurut Ustaz Adi Hidayat, memotong kuku adalah bagian dari fitrah karena kegiatan tersebut merupakan bagian yang menunjukkan kebersihan maupum kerapian.
Dirinya juga menegaskan, memotong kuku tidak seharusnya sembarangan, ada cara-cara ulama yang bisa diikuti saat melakukannya. Karena perilaku para ulama tersebut cenderung memiliki asar hingga para sahabat bahkan Rasulullah sendiri.
"Para ulama mengajarkan kita, tutorial singkat kepada kita. Imam Nawawi dalam konteks memotong kuku beliau mengajarkan kita dari sepuluh kuku tangan maupun kakai, dimulai dari telunjuk kanan," ujarnya.
Kemudian ia menambahkan, setelab selesai di jari telunjuk tangan kanan dilanjutkan dengan jari kelingking tangan kanan, jari manis, jari tengah lalu yang terakhir adalah jari jempol.
Setelah selesai dari bagian kanan, dilanjutkan ke bagian kiri, dimulai dengan jari kelingking berurutan hingga jari jempol.
"Jadi urutannya dari telunjuk tangan kanan, kelingking, jari manis, jari tengah, jempol. Kemudian pindah ke tangan kiri, dimulai dari jari kelingking, jari manis, jari tengah, jari telunjuk lalu jempol," paparnya.
Uratan tersebut juga berlaku saat memotong kuku di jari-jari kaki.
Selanjutnya, ustaz Adi mengungkapkan hendaklah saat memotong kuku menyediakan tisu agar kuku-kuku tersebut tidak tercecer berhamburan. Jika memungkinkan kuku yang sudah terbungkus tisu itu, dikuburkan.
Hal tersebut menurutnya seperti yang dikatakan para ulama, memilili makna tersendiri, diantaranya sebagai salah satu cara untuk menghormati bagian anggota tubuh.
"Dianjurkan untuk dikuburkan, salah satunya adalah untuk menghormati bagian tubuh kita yang Allah muliakan, menjaga kemuliaanya. Juga menjaga dari kemudaratan yang tidak tampak seperti sihir," tandasnya.
Selain itu juga menghindari dari pembuatan produk potongan-potongan, seperti wig yang dibuat dari bagian-bagian rambut yang telah dipotong dan tidak dikuburkan. (Ree)
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta |
: Redaksi |
Editor |
: Bahrullah |
Komentar & Reaksi