SUMENEP, Suaraindonesia.co.id - Perayaan Hari Raya Idul Adha, tentunya sangat identik dengan sebuah kisah mengharukan tentang Nabi Ibrahim AS yang diminta Allah SWT untuk mengorbankan putra tersayangnya yakni Ismail, dengan menyembelihnya.
Ibrahim kemudian menyampaikan perintah yang diberikan oleh Allah SWT, kepada putra tercinta yang telah lama terpisah dengannya. Di luar dugaan, Ismail rupanya menerima dengan lapang dada, apa yang diperintahkan oleh sang Khaliq kepada ayahnya.
Dengan hati ikhlas dan niat bersungguh-sungguh untuk melaksanakan perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim bersiap mengeksekusi putranya. Namun, saat hendak dilakukan, Allah memberikan perintah baru dan memperbolehkan Ibrahim mengganti Ismail dengan seekor domba.
Kisah tersebut tak hanya menggambarkan bagaimana Ibrahim dan Ismail memiliki ketakwaan yang sangat tinggi kepada Allah SWT, sehingga tidak dapat menolak perintah yang diberikan dan rela mengorbankan hal yang sangat dicintai.
Kepala Kementerian Agama (Kemenag) Sumenep Chaironi Hidayat, membeberkan banyak makna yang dapat diambil dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail, kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Diantaranya ketakwaan, kecintaan, pengorbanan, serta keikhlasannya terhadap segala hal yang Allah SWT perintahkan.
Menurutnya, Allah membuat sebuah episode dengan kisah Ibrahim dan Ismail bukan tanpa tujuan. Namun, kata dia, Allah ingin mengajarkan kepada ummat manusia agar mampu meneladani sifat kedua Khalilullah dalam kisah tersebut.
Dia menceritakan, bagaimana besarnya pengorbanan Nabi Ibrahim yang merupakan seorang ayah, dengan ikhlas bersedia untuk mengorbankan anak kandungnya sendiri. Serta Ismail, yang tanpa melakukan protes apapun, setuju untuk menjadi kurban, semata-mata karena kecintaannya kepada Allah SWT.
Hal itu menurutnya, juga berlaku dalam kehidupan sehari-hari, Chaironi menilai, orang yang benar-benar mencintai sesuatu, maka tanpa pemaksaan dan tekanan, akan rela mengorbankan segalanya, demi hal yang dia cintai.
"Jangan ngaku cinta kalau tidak mau berkorban," katanya.
Chaironi menjelaskan, ketika menjalani kehidupan manusia senantiasa akan menghadapi beragam rintangan, serta cobaan, termasuk kehilangan atau mengorbankan sesuatu yang sangat dicintai dan disayangi, untuk menguji tingkat ketakwaan seseorang.
Maka sikap ikhlas, serta takwa yang dimiliki oleh Ibrahim dan Ismail harus menjadi contoh dan diterapkan dalam kehidupan.
"Jadi memang mengorbankan sesuatu yang kita cintai, sesuatu yang kita sayangi itu adalah fitrah, untuk menguji sejauh mana kecintaan kita kepada Allah SWT," tutupnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Wildan Mukhlishah Sy |
Editor | : Irqam |
Komentar & Reaksi