SUARA INDONESIA

Dampak Konflik Global terhadap Anak-Anak, Peningkatan Drastis Kematian dan Pelanggaran HAM

Aditya Mulawarman - 19 June 2024 | 05:06 - Dibaca 1.14k kali
News Dampak Konflik Global terhadap Anak-Anak, Peningkatan Drastis Kematian dan Pelanggaran HAM
Dampak konflik global terhadap anak-anak. (VOA Indonesia)

SUARA INDONESIA, JAKARTA - Konflik bersenjata di berbagai belahan dunia semakin memperlihatkan dampak destruktif yang signifikan terhadap populasi yang paling rentan, yaitu anak-anak dan perempuan.

Dalam laporan terbaru yang dirilis oleh PBB, jumlah anak-anak yang terbunuh dalam konflik global mengalami peningkatan tiga kali lipat pada tahun 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Peningkatan ini menyoroti betapa mendesaknya perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM) dalam situasi konflik.

Menurut Kepala Urusan HAM PBB, Volker Turk, data yang dikumpulkan oleh kantornya menunjukkan lonjakan drastis dalam jumlah kematian warga sipil akibat konflik bersenjata.

"Jumlah kematian warga sipil meningkat sebesar 72 persen pada tahun lalu," kata Turk. Anak-anak yang menjadi korban tewas mengalami peningkatan tiga kali lipat, sementara perempuan dua kali lipat lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.

Dalam berbagai konflik yang terjadi di dunia, pelanggaran HAM semakin sering terjadi.

"Anak-anak ditembaki, rumah sakit dibom, dan artileri berat diluncurkan ke seluruh komunitas," ujar Turk. Dia juga menekankan bahwa penghancuran infrastruktur penting dan retorika yang penuh kebencian semakin memperparah situasi.

Di Jalur Gaza, konflik antara Israel dan Hamas telah menyebabkan kematian dan penderitaan yang tidak masuk akal, dengan lebih dari 120.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menjadi korban tewas atau terluka sejak perang meletus.

Tidak hanya di Jalur Gaza, konflik di Ukraina, Republik Demokratik Kongo, Suriah, dan Sudan juga memperlihatkan situasi yang memprihatinkan.

Di Sudan, misalnya, perang saudara yang berlangsung lebih dari setahun telah menghancurkan negara tersebut dan menempatkan warganya dalam kondisi yang sangat terpuruk.

"Dana untuk membantu semakin banyak orang yang membutuhkan semakin berkurang," kata Turk, menyoroti kesenjangan antara kebutuhan pendanaan kemanusiaan dan sumber daya yang tersedia yang mencapai $40,8 miliar.

Peningkatan pengeluaran militer global juga menjadi perhatian utama. "Pengeluaran militer global mencapai hampir $2,5 triliun pada tahun 2023, peningkatan riil sebesar 6,8 persen dari tahun sebelumnya," ungkap Turk.

Sementara itu, dana untuk bantuan kemanusiaan terus berkurang, mengakibatkan penderitaan yang semakin mendalam bagi mereka yang terdampak oleh konflik.

Laporan ini memperjelas perlunya tindakan nyata untuk melindungi hak asasi manusia dalam situasi konflik.

Anak-anak dan perempuan sering kali menjadi korban yang paling rentan, dan peningkatan jumlah kematian serta pelanggaran HAM menunjukkan bahwa dunia harus lebih serius dalam menangani isu ini.

Pengabaian terhadap HAM internasional dan hukum kemanusiaan oleh pihak-pihak yang berkonflik hanya akan memperburuk situasi dan mengakibatkan penderitaan yang tak terhitung.

Dalam menghadapi situasi ini, komunitas internasional perlu memperkuat upaya untuk mengakhiri konflik dan memastikan perlindungan bagi populasi yang paling rentan.

Hanya dengan kerja sama global dan komitmen yang kuat, hak asasi manusia dapat dijaga dan penderitaan yang disebabkan oleh konflik dapat diminimalisir. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Aditya Mulawarman
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya