SUARA INDONESIA

Konferensi Pemikiran Islam Indonesia 2024 di Jombang, Kaji Teologi Politik dan Konsep Negara Bangsa

Gono Dwi Santoso - 23 August 2024 | 22:08 - Dibaca 1.39k kali
News Konferensi Pemikiran Islam Indonesia 2024 di Jombang, Kaji Teologi Politik dan Konsep Negara Bangsa
Kegiatan Konferensi Pemikiran Islam Indonesia 2024 yang dilaksanakan selama dua hari 23-24 Agustus 2024 di Museum Islam Hasyim Asy'ari Jombang, Jumat (23/08/2024). (Foto: Gono Dwi Santoso/Suara Indonesia)

SUARA INDONESIA, JOMBANG- Museum Islam Indonesia KH. Hasyim Asy’ari, di bawah naungan Indonesian Heritage Agency (IHA), membuka Konferensi Pemikiran Islam Indonesia 2024 yang dilaksanakan selama dua hari, yakni 23-24 Agustus 2024.

Konferensi ini bertujuan untuk menganalisis dan mendiskusikan hubungan antara Islam dan konsep negara bangsa Indonesia, serta mengkaji kontribusi teologi politik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh besar seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahid Hasyim, dan KH. Abdurrahman Wahid.

Salah satu narasumber, Inayah Wulandari, anak keempat Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid, mengajak masyarakat agar mengetahui sejarah tokoh-tokoh Islam di museum tersebut, termasuk pemikiran ayahandanya pada era 80 atau 90-an yang menyebutkan demokrasi Indonesia adalah demokrasi seolah-olah.

"Gus Dur sudah bicara ini dari tahun 80-an dan tahun 90-an soal demokrasi Indonesia yang kalau disebut sama Gus Dur itu adalah demokrasi seolah-olah. Seolah-olah demokrasi. Perlengkapannya demokratis tapi sebenarnya enggak demokratis. Kalau memang demokratis untuk hal ini pada banyak yang belum turun, salah satunya (otak atik UU Pilkada)," ungkapnya.

Inayah mengatakan, kegiatan konferensi ini juga dalam rangka Hari Kemerdekaan Indonesia, sekaligus ulang tahun Gus Dur pada 4 Agustus. Dirinya juga mengajak masyarakat untuk datang ke MINHA dan apa yang ada di dalam museum.

"Kami mengadakan ini sekalian, kita ngomongin di MINHA ini kan juga ada banyak sejarah tokoh-tokoh Islam Indonesia. Seperti KH Hasyim Asyari, Kiai Wahid Hasyim dan Gus Dur, serta ibu nyai lainnya,” jelasnya.

Sementara itu, Pustanto, Koordinator Museum dan Galeri Museum dan Cagar Budaya (MCB) Kemendikbud Ristek, mengatakan, apa jadinya Indonesia hari ini tanpa para tokoh tersebut. Apa jadinya Indonesia tanpa Islam Indonesia atau Islam nusantara.

“Pilihan-pilihan apa saja dan kenapa itu menjadi penting bagi kehidupan kita hari ini itu pertanyaan yang saya rasa penting untuk dijawab oleh kita cita-cita kita menuju Indonesia emas 2045. Tapi tanpa kita tahu identitas kita siapa dan kenapa mereka ada. Mampukah kita mencapai Indonesia emas atau kita akan menjadi Indonesia cemas, atau karena banyak dikasih makan gratis kita hanya menjadi Indonesia gemas,” terangnya.

Sementara itu, Wicaksono, Kepala Unit Museum Islam Indonesia KH. Hasyim Asy’ari, menambahkan, museum ini didirikan untuk menjadi pusat pendidikan dan pengkajian nilai-nilai Islam yang inklusif, seperti yang diajarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari dan para tokoh lainnya.

“Kami berharap konferensi ini dapat menganalisis, mendiskusikan, dan memperkaya pemahaman para peserta tentang kontribusi tokoh-tokoh Islam dalam membangun konsep negara bangsa yang inklusif dan demokratis, serta relevansi teologi politik yang mereka kembangkan dalam konteks modern,” paparnya.

Wicaksono menambahkan, konferensi ini juga diharapkan dapat menjadi wadah bagi para peserta untuk mendiskusikan dan mengembangkan pemikiran yang relevan dengan konteks modern, khususnya dalam upaya menjaga kesatuan bangsa dan keberagaman.

“Dengan demikian, konferensi ini tidak hanya berfungsi sebagai forum akademis, tetapi juga sebagai sarana edukasi dan peningkatan kesadaran kolektif tentang pentingnya merawat warisan sejarah dan budaya Islam dalam konteks keindonesiaan,” tutupnya. (*)

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Gono Dwi Santoso
Editor : Mahrus Sholih

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya