SITUBONDO - Anggota Komisi II DPRD Situbondo dari Fraksi PKB, menyayangkan kinerja Plt.kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Situbondo dalam menangani wabah (penyakit mulut dan kuku) PMK.
Mereka menilai, kepala dinas lemot dalam menangani virus PMK sehingga sapi yang dinyatakan suspect terus meningkat dan saat ini sudah lebih dari 10 ribu ekor sampai Jumat (24/6/2022).
Seperti yang disampaikan salah seorang anggota DPRD Situbondo Suprapto. Ia menganggap, banyak hewan ternak khususnya sapi yang mati adalah karena gejala PMK.
"Laporan yang saya terima yang mati sudah lebih dari 100 ekor. Dengan ciri-ciri, panas tinggi dengan suhu diatas 40 derajat, mengeluarkan air liur yang berlebihan, badan menggigil. Setelah itu di mulutnya muncul bercak-bercak itu sudah menandakan bahwa suspect PMK," tegasnya.
Untuk itu, Suprapto meminta kepada Bupati Situbondo untuk mencopot Plt Kadisnak Kholil dari jabatannya.
Pihaknya mempertegas, kalau Kholil sudah tidak mampu menangani wabah PMK yang sudah merajalela di Kabupaten Situbondo.
"Kalau Dinas Peternakan mengklaim yang mati disebabkan PMK itu hanya 4 ekor, Berarti dinas peternakan tidak turun langsung kepada peternak sehingga datanya amburadul dan tidak tau jumlah sapi yang sakit dan mati," jelasnya.
Dirinya juga mempertanyakan, dana BTT yang diusulkan Disnakan Situbondo untuk penanganan PMK hanya Rp1,5 miliar.
"Berarti kalau itu benar, pemerintah berarti tidak pro-rakyat. Menurut data BPS jumlah populasi sapi di Situbondo sekitar 184.000 ekor sapi. Jumlah itu kalau satu ekornya dikalikan Rp.350 ribu. Idealnya itu memerlukan biaya sekitar Rp. 64 miliar," bebernya.
Sementara itu, Plt Kadisnak Situbondo, Kholil mengklaim bahwa tidak semua sapi yang mati tersebut terpapar PMK.
"Ada yang karena PMK, ada yang gak. Tergantung diagnosis dari dokter hewan, yang jelas sudah ada kematian di Situbondo," ujarnya.
Sesuai data dari Dinas Peternak dan Perikanan (Disnakan) yang Terima hingga hari Selasa, 22 Juni 2022, ada 1.880 ekor sapi atau 1,019 persen yang suspect PMK, dari total populasi 184.463 ekor. Sembuh 175 ekor, mati 4 ekor, dan dipotong paksa 1 ekor.
Mantan Kepala DLH ini menyampaikan, sejauh ini belum ada obat untuk menyembuhkan sapi yang terpapar PMK.
"Sehingga untuk mengantisipasinya obat yang kami berikan yaitu antibiotik, antipiretik, dan antiinflamasi," pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Syamsuri |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi