CILACAP - Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (DPC HNSI) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah berencana akan menggelar acara tradisi gelar budaya sedekah laut pada bulan suro mendatang.
"Untuk gelar budaya sedekah laut tahun ini rencananya akan kami laksanakan pada bulan suro, tepatnya hari Jumat Kliwon tanggal 12 Agustus 2022," kata Wakil Ketua I DPC HNSI Kabupaten Cilacap, Parjo Hadi Pranoto kepada wartawan di Kantor DPC HNSI Kabupaten Cilacap, Senin (11/7/2022).
Namun, pihaknya berkeinginan pada tahun ini acara tradisi gelar budaya sedekah laut dapat dipusatkan kembali di Pendopo Kabupaten Cilacap, seperti tahun-tahun sebelum adanya pandemi Covid-19.
"Kita sedang upayakan. Kemarin kita sudah musyawarah diundang oleh Dinas Pariwisata dan kita menghendaki agar acara sedekah lautnya dimulai dari Pendopo Kabupaten kemudian arak-arakan menuju Pantai Teluk Penyu, namun kita masih menunggu keputusan dari Bupati," ungkapnya.
Disampaikannya, pada tahun sebelumnya, peringatan sedekah laut dilaksanakan oleh masing-masing kelompok nelayan di Cilacap yang berjumlah 9 kelompok.
Hal itu dikarenakan masih dalam situasi pandemi Covid-19 dan untuk menghindari adanya kerumunan warga yang menyaksikan.
"Termasuk larungan sesaji juga langsung dari wilayah masing-masing, salah satunya dilaksanakan di DPC HNSI Kabupaten Cilacap sendiri," tambahnya.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan, tujuan diadakannya sedekah laut sebagai ungkapan rasa syukur nelayan kepada Sang Pencipta karena selama satu tahun diberi penghasilan dengan menangkap ikan di laut, keselamatan, keberkahan dan lain sebagainya.
"Selain itu, wujud nguri-nguri budaya serta tradisi nelayan yang tidak bisa ditinggalkan dan rutin dilaksanakan setiap tahunnya pada bulan suro," ujar Parjo.
Dalam tradisi gelar budaya sedekah laut tersebut, nelayan melaksanakan berbagai kegiatan, dimulai pada Kamis Wage nyekar atau ziarah ke Karang Bandung di Pulau Majeti, Nusakambangan dilanjutkan tasyakuran atau tirakatan di Pendopo Kabupaten.
Selanjutnya, keesokan hari larungan sesaji pada Jumat Kliwon yang dilakukan oleh nelayan dengan membawa puluhan jolen berbentuk rumah joglo untuk dilarung ke tengah laut.
"Jolen itu maksudnya ojo kelalen, yang artinya tidak boleh lupa kepada Tuhan YME. Untuk jumlahnya ada 10 jolen, masing-masing isinya macem-macem ada tumpeng, ingkung, jajanan pasar, buah-buahan dan kepala sapi. Kalau nggak ada diganti kepala kambing," jelasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Agus Sulistya |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi