NGAWI , Suaraindonesia.co.id - Masyarakat Desa Sidolaju, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, berharap kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) agar dibuatkan jembatan penyeberangan di Sungai Bengawan Solo.
Namun harapan itu tinggal angan-angan lantaran pengajuan pembangunan jembatan dari Pemerintah Desa (Pemdes) Sidolaju ke Pemkab Ngawi sejak tahun 2017 hingga sekarang tahun 2023 belum terwujud.
Agus warga Dusun Sidolaju mengatakan, saat ini ia bersama warga yang lain terpaksa membuat jembatan dari bambu secara swadaya. Hal ini dilakukan karena perahu yang biasa digunakan sebagai sarana transportasi kondisinya rusak.
"Kami terpaksa membuat jembatan dari bambu, karena perahu dalam kondisi rusak dan tidak layak pakai. Kebetulan musim kemarau, tidak tahu nanti jika musim penghujan jadi jembatan bambu ini sifatnya darurat," kata Agus kepada suaraindonesia.co.id pada Kamis (07/06/2023).
Agus mengungkapkan, kurang lebih terdapat 2.500 kepala keluarga (KK) dari dua dusun di Desa Sidolaju dan Gembol yang terdampak dari rusaknya perahu. Warga menggantungkan akses penyeberangan itu karena akses menuju sekolah, pasar dan kantor pelayanan yang berada di Kota Ngawi.
"Bisa dikatakan terisolir dampak dari kerusakan perahu ini, maka kami berupaya membuat jembatan darurat agar aktivitas ribuan warga di dua dusun tetap berjalan, sehingga ekonomi masyarakat tidak terganggu," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sidolaju Karminto mengaku sudah menagih ke Pemkab Ngawi soal pengajuan pembuatan jembatan di wilayahnya, namun jawaban yang didapat masih diminta untuk menunggu.
"Entah jembatan gantung atau permanen, pengajuan itu sudah bertahun-tahun, namun hingga kini belum terealisasi. Ada jembatan di Karangbanyu akan tetapi membutuhkan waktu lama karena menempuh jarak hingga 6 kilometer," tandasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Ari Hermawan |
Editor | : Irqam |
Komentar & Reaksi