TULUNGAGUNG, Suaraindonesia.co.id – Sebagai pribadi yang bertumbuh di lingkup masyarakat Jawa, bukan hal aneh jika budaya Jawa mempengaruhi Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Terbukti, ajaran kepemimpinan Jawa dilakukan saat menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan haji.
Hal itu disampaikan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Prof Maftukhin. "Sejatinya telah meneladani apa yang menjadi bagian dari ajaran leluhur orang jawa tersebut," terangnya.
Prof Maftukhin menjelaskan Hastabrata itu merupakan ajaran tentang dharma atau kewajiban ratu gung binathara. Hasta yang bermakna "delapan" dan brata artinya "laku".
Dengan begitu Hastabrata berarti delapan laku, atau delapan sifat, atau delapan watak, sebagai bentuk kewajiban seorang raja atau Gusti untuk menghadapi rakyat atau kawula-nya secara bijaksana.
Dalam hal ini adalah laku pemimpin pada rakyatnya atau dalam hal ini adalah laku Menteri Agama dalam melayani jemaah haji.
Guru besar ilmu filsafat ini merincikan seperti apa laku Hastabrata yang telah dilakukan Gus Yaqut ini. Laku pertama yakni pemimpin yang seperti hujan yang menebar ke bumi yang merata. Artinya, dalam laku kepemimpinan tidak membeda-bedakan.
Ini juga terlihat dalam pelaksanaan ibadah haji. Semua jemaah mendapat perlakukan pelayanan yang sama.
"Yakni, sama-sama dilayani dengan maksimal. Lihat saya seperti apa yang dilakukan tim dari kementerian agama," tuturnya.
Ajaran kedua yakni Barata Yama. Ini adalah laku kepemimpinan adil. Melihat ini menteri agama juga adil bahkan tegas jika harus memberikan sanksi jika ada hal-hal yang melanggar. Selanjutnya tentang kebijaksanaan ketiga adalah Betara Surya. Ini sifat matahari yang terus menyinari.
"Gus Yaqut telah menjadi matahari yang bisa memberikan kekuatan atau dalam hal ini memberikan motivasi pada semua tim untuk bekerja maksimal," tegasnya.
Prof Maftukhin melanjutkan ajaran berikutnya adalah Batara Candra yang artinya kebijaksaan seperti bulan. Gus Yaqut telah menjadi keteduhan. Pada ajaran Barata Bayu Gus Yaqut seperti angin yang memberikan kesejukan pada jemaah haji melalui kebijakan-kebijakan yang diambil.
"Ajaran Batara Kuwera adalah kedermawanan yang juga dilakukan para petugas haji. Mereka rela berkorban untuk para jemaah. Serta ajaran yang ketujuh adalah Baruna yang artinya samudera. Gus Yaqut tetap saja tegar meski diserang oleh berbagai pihak yang nyinyir terhadap pelaksanaan haji tahun ini. Begitu juga para panitia penyelenggara haji mereka tetap saja sabar," tutur dia.
Sedangkan, kebijaksaan kedepalan adalah Barata Brama. Gus Yaqut bisa menjadi api yang sudah kita lihat bersama saat bersikap di hadapan Masyarik.
Sementara itu, Prof Matukhin menuturkan banyak trobosan dan kebijakan yang berpihak pada jemaah haji. Seperti memberikan pelayanan prima pada lansia. Menurutnya, menjadi panitia penyelenggara ibadah haji bukan persoalan mudah. Bayangkan saja, bagaimana ribetnya mengurus 221.000 orang yang akan beribadah.
"Mereka dari seluruh penjuru nusantara yang memiliki karakter dan budaya masing-masing. Mengelola ratusan ribu jemaah seperti itu harus memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat serta memiliki kemampuan manajemen yang mumpuni," katanya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Redaksi |
Editor | : Irqam |
Komentar & Reaksi