PA Sidoarjo: Karna Alasan Ekonomi, Banyak Istri Gugat Cerai Suami

SIDOARJO - Pengadilan Agama (PA) Kabupaten Sidoarjo saat ini didominasi penggugat cerai dari kalangan istri, meskipun angka kenaikan tak terlalu banyak.

Dalam masa pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), terhitung sampai Tahun lalu dibanding Tahun ini kenaikan tak terlalu signifikan. "Angka perceraian di Sidoarjo selama 8 bulan terakhir, mulai bulan Januari hingga Agustus 2020 dibanding tahun lalu, secara global mengalami kenaikan dibawah 10 persen", terang Akramudin, Humas PA Sidoarjo saat dikantornya, Selasa (29/9/2020).

Dari data yang ada, masih kata Akramudin, bahwa perkara perceraian mulai meningkat mulai bulan Agustus. Sejak pasca tidak beroperasinya pelayanan di PA Sidoarjo, yang disebabkan pemberlakuan peraturan Protokol kesehatan. Namun demikian, angka gugatan terjadi di bulan Septembernya.

"65 perkara gugatan cerai terjadi dibulan Agustus. Semua hasil mediasi terhadap beberapa perkara, mayoritas pendorongnya karena faktor ekonomi," tuturnya.

Menurutnya, penggugat cerai mayoritas dari pihak perempuan. Yang dengan alasan suami tidak memiliki penghasilan tetap. Selain itu, juga sang istri yang diduga terlalu banyak tuntutan bisa menjadi persoalan rumah tangga. Perceraian telak dengan penggugat sang suami hanya 30 persen di tahun ini.

"Cerai gugat sebanyak 65 kasus, cerai talak 38 kasus. Sedangkan kasus perceraian pada bulan April dan Mei 2020 ini cenderung sama dengan tahun lalu. Cerai gugat hanya 25 kasus dan cerai talak ada 22 kasus hingga bulan ini," ungkapnya.

Sementara, Novan Ardyah Pahlevi selaku penerima kuasa penggugat menyebutkan, gugatan cerai diajukan karena persoalan ekonomi keluarga di masa pandemi Covid19 ini, namun yang sangat menguatkan untuk melayangkan gugatan ialah persoalan perselingkuhan.

Sehingga dari kesimpulan diatas, masalah ekonomi menjadi senjata dari sang istri dalam masalah perceraian yang ada di PA Sidoarjo. Meskipun saat ini adalah masa pandemi Covid-19.(zul)