SUARA INDONESIA

Dampak Banjir Akibat Curah Hujan Tinggi, Harga Gabah di Tuban Anjlok

M. Efendi - 02 March 2021 | 16:03 - Dibaca 4.80k kali
Peristiwa Daerah Dampak Banjir Akibat Curah Hujan Tinggi, Harga Gabah di Tuban Anjlok
Para petani Bandungrejo saat panen menggunakan mesin combie di persawahan desa setempat, Selasa, (02/03/2021). (Foto: Irqam/suaraindonesia.co.id)

TUBAN - Memasuki masa panen, harga gabah di sejumlah kecamatan di Tuban turun. Harga jual gabah kering dari petani juga sangat rendah, bahkan petani menjual hasil panen di bawah penentuan harga pembelian pemerintah (HPP) yang sudah ditetapkan.

Menurut seorang petani, Karnoto (56), warga Desa Bandungrejo, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, saat ini harga jual gabah kering sawah berkisar Rp 3.500 per kg nya, padahal sebelumnya harganya berkisar Rp 4.500 per kg.

Selain harganya murah, puluhan hektare tanaman padi milik petani juga banyak terendam banjir. Sehingga padi yang sudah hampir panen itu tergenangi air.

“Hampir semua padi milik petani Bandungrejo terendam banjir, ini yang mempengaruhi harga jual gabah menjadi sangat murah,” kata Karnoto kepada suaraindonesia.co.id di sawah desa setempat, Selasa, (02/03/2021).

Hal senada juga disampaikan oleh Ismun (40), Petani Desa Mondokan, Kabupaten Tuban. Menurutnya, harga jual padi yang sebelumnya mencapai Rp 4.000 per kg, saat ini hanya berkisar Rp 3.000 per kg.

“Ya berat bagi kami kalau harganya segitu, tapi mau gimana lagi. Karena padi juga banyak di serang hama, jadi kualitasnya turun,” ungkap Ismun.

Ditemui secara terpisah, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Tuban, Darmadin Noor mengatakan, turunnya harga gabah tersebut disebabkan karena kualitas padi yang baru dipanen tidak bisa maksimal. Karena sebelumnya sempat terendam air banjir beberapa hari.

“Walaupun demikian, kita berupaya mengoptimalkan infrastruktur pasca panen,” terang Darmadin saat ditemui diruang kerjanya, jalan Mastrip, Tuban. 

Untuk memaksimalkan hasil panen, DPKP Tuban telah memiliki dryer vertical yang nantinya dapat digunakan sebagai alat pengering padi dan dikelola oleh kelompok tani.

Alat dryer vertical, lanjut Darmadin, telah tersebar dibeberapa titik. Mulai di Kecamatan Palang, Widang, Soko, Rengel, Plumpang, Merakurak, dan lainya, agar kualitas padi yang dipanen paksa akibat terendam banjir bisa lebih baik. 

Lebih lanjut, Darmadin mengungkapkan, bahwa harga gabah cukup bervariasi di setiap kecamatan, tergantung kualitas padi. Harga pembelian pemerintah (HPP) gabah di Tuban sendiri 3.700 ribu, dan di akui harga gabah saat ini turun.

“Untuk posisi sekarang, gabah yang roboh dan terendam air harganya sangat rendah. Yakni sebesar Rp 3.000, untuk gabah hasil blower kecil yang kotorannya masih banyak berkisar Rp 3.200, dari blower besar normal seharga antara Rp 3.400 sampai Rp 3.500, sedangkan combie masih terbilang tinggi, yakni mencapai Rp4.000,” ujarnya. 

Pantauan harga gabah itu dilakukan dalam kurun waktu satu minggu sekali, dan harga yang terbilang masih cukup bagus berada di dua kecamatan, yakni Kecamatan Merakurak dan Jenu. 

“Kami dua kali seminggu update harga gabah. Dan didua kecamatan itu masih terbilang bagus,” pungkasnya. (Irq/Nang) 

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : M. Efendi
Editor :

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya