BONDOWOSO - Tidak sampai 10 hari penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sudah sangat terasa dampak negatifnya pada pelaku ekonomi kecil dan menengah.
Akibat PPKM darurat, pedagang kaki lima (PKL) dan pengusaha cafe di Bondowoso meradang, sebab pendapatannya anjlok, bahkan ada yang sama sekali tidak bisa berjualan akibat tempatnya ditutup total.
Pantauan media di lapangan, terlihat jelas Alun-alun Raden Bagus Asra (RBA) Bondowoso tampak bersih dan sepi dari PKL karena ditutup total.
Ketua Paguyuban PKL Alun-Alun Bondowoso, Mujiati mengatakan, PKL tidak bisa berjualan sama sekali, karena jalan ditutup total. Terpaksa pedagang berhenti dan berdiam diri di rumahnya masing-masing.
"Jika kami harus jualan di tempat lain, pelanggan kami belum mengetahui. Apalagi yang di alun-alun adalah kuliner dan harus bawa peralatan. Jadi ribet jika tidak ada tetap jualan," ajarnya, Kamis (8/7/2021).
Kata Mujiati, sekalipun pedagang memaksakan diri untuk berjualan dipastikan akan merugi karena tidak akan ada pembeli yang datang.
"Mendorong gerobak pun juga perlu biaya dan itu harus bayar. Kalau dihitung tidak nutut dengan modalnya," ujarnya.
Pemilik Cafe Shaf, Pringgo Cahyo menambahkan, penerapan PPKM Darurat justru lebih terasa dampaknya dibandingkan awal pandemi. Meskipun take away, masyarakat ketakutan karena khawatir di-swab.
Selain itu pengunjung juga ingin nongkrong tapi tidak diperbolehkan. Akibatnya transaksi anjlok.
Menurutnya, saat pelaksanaan new normal, kunjungan atau transaksi di cafe miliknya bisa mencapai 100-150 transaksi setiap hari.
"Tetapi setelah PPKM Darurat ini turun hingga 90 persen lebih. Tanggal 3 Juli transaksi masih 10, tetapi turun setiap hari. Kemarin hanya ada enam transaksi," ungkapnya.
Terpaksa pria yang akrab disapa Pringgo ini harus merumahkan 80 persen karyawannya. Dari 10 karyawan, hanya dua orang yang masuk setiap hari.
Dua orang yang tetap masuk adalah mereka yang punya tanggungan lebih berat di keluarganya. Diantaranya yakni karyawan yang suaminya tidak bisa bekerja karena kecelakaan.
"Serta ada yang punya tanggungan tiga anak. Diprioritaskan yang lebih membutuhkan. Sementara yang dirumahkan tak membantah, tetapi air mata mereka berlinang. Menangis bahasa kalbu paling tinggi. Mau gimana lagi," jelasnya.
Hal senada juga diakui manajer Cafe Container Laki-Laki, Steven Leo Agusta Ari Irwan. Sejak PPKM Darurat, pendapatan turun hingga 85 persen lebih.
"Biasanya buka dari Pukul 08.00 sampai 20.00 WIB, pendapatan satu juta. Tapi saat ini maksimal hanya Rp 150 ribu, kadang kurang," jelasnya.
Ia tidak merumahkan karyawan. Sebab kasihan keluarganya yang mengharapkan rezeki dari kerja mereka di cafe tersebut.
"Entah pakai pola apa saja mas. Semoga ada rezeki, supaya minimal kami masih bisa menjadi harapan mengisi perut karyawan mas," pungkasnya.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Bahrullah |
Editor | : Nanang Habibi |
Komentar & Reaksi