BONDOWOSO- Dugaan persoalan penyaluran pupuk bersubsidi yang terjadi di Kecamatan Pakem, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, menjadi perhatian serius semua pihak. KPPP sudah melakukan sidak, namun seakan tak terkuak.
Sehingga, Ahmad Dhafir Ketua DPRD Bondowoso juga meminta kepada pemerintah daerah agar hadir dan serius mengatasi persoalan pupuk yang terjadi di Kecamatan Pakem Bondowoso.
"Selama pemerintah tidak bisa mengurai benang kusut tentang pendistribusian pupuk ini, maka selamanya pupuk akan langka di Bondowoso," tegas Politisi PKB Bondowoso pada media, Kamis (27/1/2022).
Dhafir mengatakan, pemerintah harus serius mengawal distribusi pupuk bersubsidi dari hulu ke hilir, jangan sampai kemudian hanya diserahkan pada distributor.
Dia mengatakan, di dalam pupuk bersubsidi itu terdapat Rp.775000 lebih uang negara yang merupakan subsidi pemerintah untuk petani.
"Makanya seharusnya pemerintah mengawal dari hulu sampai hilir, jangan kemudian diserahkan pada distributor," ujarnya.
Dia menuturkan, justru yang terjadi di lapangan distributor menentukan kewenangan pembentukan kios. Sementara tidak ada koordinasi dengan pemerintah desa.
Ketua DPRD ini juga meminta dalam hal pendistribusian, sedianya libatkan pemerintahan desa.
"Libatkan desa, tidak salah. Karena ini ada uang negara. Tanggung Jawab kita semua, bagaimana subsidi pupuk yang harus dinikmati rakyat itu betul-betul nyampek ke rakyat," imbuhnya.
Sesuai aturan, harga untuk Urea tidak sampai Rp400 Ribu per kwintal HET namun Rp225 Ribu per kwintal.
Dia mengungkapkan, saat ini memang jelas-jelas ada permainan dalam pendistribusian pupuk subsidi di Kabupaten Bondowoso.
"Rakyat selalu mengatakan pupuk langka. Pemerintah selalu mengatakan pupuk itu ada dan memang faktanya ada. Cuma harganya 400 Ribu bahkan lebih, tetapi masyarakat sendiri mengatakan langka," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, KPPP melakukan Sidak pada 4 Kios di Kecamatan pakem, namun mereka tidak menemui petani yang dirugikan terkait pendistribusian pupuk bersubsidi.
Sementara, sejumlah petani di pakem mengaku pupuk itu langka, harganya dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET), dan ada pula petani yang merasa namanya dicatut soal pembelian pupuk, namun tidak pernah membeli pupuk, bahkan ada nama orang yang meninggal namanya muncul di E-RDKK dan ada bertransaksi beli pupuk subsidi.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Bahrullah |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi