SUARA INDONESIA

Warga Keluhkan Tak Ada Kompensasi Imbas Pelebaran Stasiun Banyuwangi Kota

Muhammad Nurul Yaqin - 25 October 2022 | 13:10 - Dibaca 1.65k kali
Peristiwa Daerah Warga Keluhkan Tak Ada Kompensasi Imbas Pelebaran Stasiun Banyuwangi Kota
Warga mulai melakukan pembongkaran bangunan secara mandiri imbas pelebaran Stasiun Banyuwangi Kota, Selasa (25/10/2022). (Muhammad Nurul Yaqin/suaraindonesia.co.id).

BANYUWANGI- Kurang lebih ada 10 bangunan di Lingkungan Watu Ulo, Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah, mulai dibongkar secara mandiri oleh pemiliknya imbas program pelebaran Stasiun Banyuwangi Kota, Selasa (25/10/2022).

"Kurang lebih ada 10 bangunan warga di kawasan stasiun yang terkena imbas. Pengosongan ditargetkan akhir Oktober 2022," kata Ketua RT 1 / RW 2, Lingkungan Watu Ulo, Abu Thalib (55).

Bangunan yang terpaksa dibongkar itu berdiri di tanah aset PT KAI. Warga sebetulnya hanya memiliki hak pakai. Karena kontraknya cuma berbentuk sewa yang diperpanjang selama satu tahun.

"Warga sebenarnya keberatan, tapi mau gimana lagi. Warga diminta mengosongkan bangunan 1 bulan 15 hari sejak sosialisasi September kemarin," ujar warga yang sudah menempati sewa selama 30 tahun ini.

Jangka waktu satu setengah bulan yang diberikan PT KAI untuk pengosongan bangunan, menurut Abu Thalib sangat singkat. Apalagi tidak ada kompensasi dalam proses pembongkaran.

"Biaya pembongkaran tidak ada. KAI hanya bisa membantu alat berat jika ada bangunan yang tidak bisa dibongkar secara manual," cetusnya.

Abu Talib mengaku, menelan kerugian ditaksir mencapai Rp 150 juta imbas perluasan Stasiun Banyuwangi Kota tersebut. Sebab, bangunan minimarket dan homestay miliknya harus ikut dibongkar.

"Karena sebagian bangunan saya terkena imbas pelebaran. Otomatis dimundurkan. Untuk pembangunan ulang kan butuh biaya yang tidak sedikit. Kalau kerugian saya sih sekitar Rp 150 juta," bebernya.

Menurut Abu Thalib, warga yang terdampak berharap ada kompensasi dari KAI dalam proses pembongkaran. Terlebih kondisi perekonomian yang belum stabil imbas pandemi Covid-19.

"Harapannya sih pasca pandemi seperti ini, kami diberi kompensasi untuk biaya pembongkaran. Setidaknya dari sisi kemanusiaannya lah," tandasnya.

Sebagai informasi, bangunan yang ditata ulang itu rata-rata digunakan untuk usaha seperti jualan nasi, cemilan, minuman, homestay, cafe, serta jasa parkir.

» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA

Pewarta : Muhammad Nurul Yaqin
Editor : Imam Hairon

Share:

Komentar & Reaksi

Berita Terbaru Lainnya