BANYUWANGI, SUARAINDONESIA.CO.ID - Tragedi kematian RS (18), remaja asal Kelurahan/Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi, menyisakan duka mendalam bagi keluarga.
Orang tua korban berharap, perguruan silat tempat anaknya mengikuti latihan bisa bertanggungjawab atas peristiwa kematian RS, siswa yang masih duduk di bangku kelas 2 SMK tersebut.
Hal itu dikatakan Abdul Somad (43), ayah korban didampingi istrinya Sutami (44), saat ditemui di rumah duka, Selasa (6/6/2023).
Somad menceritakan, tragedi kematian anak tunggalnya menjadi penyesalan cukup mendalam bagi keluarga.
Terlebih saat ujian kenaikan sabuk, ia mendapatkan kabar jika tidak ada pelatih yang mendampingi. Namun hanya dilakukan oleh para seniornya di perguruan.
"Terlepas dengan kejadian kematian anak kami. Kami hanya ingin pertanggungjawaban dari pihak perguruan silat. Apalagi sampai saat ini kami belum mendapatkan cerita kronologis pasti atas musibah yang menimpa anak saya," kata Somad.
Somad mengatakan, peristiwa ini berawal saat anaknya pada Sabtu (3/6/2023) sekitar pukul 15.00 WIB, berpamitan untuk mengikuti ujian kenaikan tingkat di perguruan silat yang diikutinya.
"Anak saya ikut bergabung di perguruan IKSPI Kera Sakti. Ujian kenaikan sabuknya di kebunan sekitar Jalan Lingkar, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro," tuturnya.
Namun keesokan harinya tepat pada Minggu (4/6/2023) dirinya mendapat kabar jika anaknya dibawa ke RSUD Blambangan. Pukul 06.00 WIB, Somad didatangi beberapa rekan korban dan mengabarkan jika anaknya tidak sadarkan diri.
Somad dan keluarga langsung bergegas ke rumah sakit. Sebelum dirujuk ke RSUD Blambangan, RS terlebih dahulu dirawat di Klinik Ketapang. Karena kondisinya terus drop, akhirnya dibawa ke RSUD.
"Di RSUD Blambangan saya dikabari dokter jika anak saya mau dioperasi dikarenakan ada gumpalan darah di kepalanya. Namun itu gagal, karena jantung anak saya kurang stabil," tuturnya.
Kondisi RS semakin kritis dan akhirnya dinyatakan meninggal pada Senin (5/6/2023) sekitar pukul 07.30 WIB. Pihak keluarga menolak untuk dilakukan autopsi dan memilih segera dibawa ke rumah duka untuk dilakukan pemakaman.
Menyinggung soal hasil pemeriksaan luar medis, Somad menyebut di sekujur jasad korban itu terdapat beberapa luka lebam di bagian belakang alias punggung dan di depan, persis sekitar dada korban.
"Sementara hasil rontgen bagian kepala, terdapat luka retak di bagian tengkorak belakang. Terus salah satu gigi atas anak saya ada yang lepas," ungkapnya.
Pelatih perguruan silat dan rombongan, kata Somad, telah mendatangi rumah duka pada Senin (5/6/2023) malam, dalam rangka melayat dan meminta maaf atas insiden yang menimpa RS.
Dari situ pihak perguruan menceritakan jika RS terkapar usai melakukan uji tanding dengan salah satu senior.
"Saat itu anak saya melakukan tendangan terus kakinya ditangkis lalu terkena bantingan. Kemudian anak saya kejang-kejang, saat dibawa ke klinik katanya sudah tidak sadarkan diri," tukas Somad.
Meskipun dari perguruan silat menyampaikan itu karena kecelakaan saat bertanding, namun pihak keluarga tetap kekeh untuk meminta pertanggungjawaban.
"Ini bukan problem kecil, sampai merenggut nyawa juga. Kami meminta pertanggungjawaban selayaknya," tegasnya.
Mengenai kejadian kematian korban, imbuh Somad, bahwa semua sudah diserahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian.
"Kami telah melaporkan kejadian ini ke Polresta Banyuwangi. Polisi sudah melakukan penanganan dan mendatangi lokasi kejadian," tandasnya.
Kasatreskrim Polresta Banyuwangi, Kompol Agus Sobarnapraja mengatakan, polisi telah menindaklanjuti laporan atas kematian salah satu anggota perguruan silat tersebut.
"Saat ini dalam tahap pemeriksaan saksi-saksi. Sementara masih 7 saksi yang kami periksa. Baru setelah semua lengkap, kita gelar perkara," ujar Agus.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Muhammad Nurul Yaqin |
Editor | : Bahrullah |
Komentar & Reaksi