SUARA INDONESIA - Ketegangan di Timur Tengah kembali meningkat setelah pertempuran antara Israel dan kelompok bersenjata Hamas serta Hizbullah terus berlanjut.
Tekad kedua pihak untuk melanjutkan serangan menggugurkan harapan bahwa kematian pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, pekan lalu bisa menjadi katalisator bagi gencatan senjata.
Eskalasi ini memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza dan Lebanon, sementara serangan udara dan tembakan roket dari kedua belah pihak semakin menambah korban jiwa.
Pada Sabtu, 19 Oktober 2024, militer Israel melancarkan serangan terhadap fasilitas yang diklaim sebagai pusat senjata Hizbullah di pinggiran selatan Beirut.
Serangan ini terjadi setelah kelompok bersenjata Hizbullah menembakkan roket ke wilayah utara Israel.
Ketegangan antara kedua belah pihak semakin intensif, terutama setelah sebuah drone dikabarkan menghantam kediaman liburan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Meskipun Netanyahu tidak terluka, serangan ini menambah ketidakstabilan politik di Israel.
Di Gaza, laporan dari tenaga medis setempat dan media Hamas menyebutkan bahwa serangan udara Israel telah menewaskan lebih dari 100 orang di berbagai wilayah pesisir.
Pengepungan Israel di sekitar beberapa rumah sakit semakin memperburuk kondisi krisis kemanusiaan di Gaza.
Layanan telekomunikasi dan internet di wilayah tersebut terputus, menghambat operasi penyelamatan dan penyaluran bantuan medis.
Meskipun demikian, militer Israel menyatakan bahwa angka korban yang dilaporkan oleh Hamas dibesar-besarkan.
Mereka menegaskan bahwa serangan mereka terfokus pada target militer Hamas dan tidak ditujukan untuk merugikan warga sipil.
Namun, dengan semakin banyaknya korban jiwa, baik di kalangan pejuang maupun warga sipil, konflik ini terus memicu kecaman internasional.
Harapan untuk mencapai gencatan senjata setelah kematian Yahya Sinwar, pemimpin Hamas, semakin memudar.
Baik Israel, Hamas, maupun Hizbullah tampaknya tidak menunjukkan niat untuk mengurangi serangan.
Israel, yang menargetkan infrastruktur dan pusat komando militer Hamas, menyatakan bahwa tujuan mereka adalah melumpuhkan kemampuan kelompok bersenjata tersebut untuk menyerang wilayah Israel.
Sementara itu, Hamas dan Hizbullah, meskipun kehilangan beberapa pemimpin penting, tetap bertekad untuk melanjutkan serangan terhadap Israel.
Kedua kelompok ini mengklaim bahwa mereka mempertahankan hak mereka untuk melawan "pendudukan" Israel dan membela warga Palestina.
Serangan udara Israel menghantam beberapa rumah di Beit Lahiya, menewaskan puluhan warga Palestina, sementara warga sipil yang terluka kesulitan mendapatkan perawatan medis karena kekurangan pasokan dan blokade militer.
Rumah sakit di Gaza utara dilaporkan kewalahan dengan banyaknya korban yang datang.
"Kami harus memilih siapa yang bisa kami selamatkan terlebih dahulu. Banyak pasien yang meninggal karena kami tidak bisa merawat mereka tepat waktu," kata seorang dokter di salah satu rumah sakit di Gaza utara.
» Klik berita lainnya di Google News SUARA INDONESIA
Pewarta | : Aditya Mulawarman |
Editor | : Imam Hairon |
Komentar & Reaksi